Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA) terkena auto rejection atawa pembatasan maksimum dan minimum untuk kenaikan dan penurunan harga suatu saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ironisnya, penolakan otomatis oleh sistem Jakarta Automated Trading System itu berlangsung pada perdagangan penawaran umum saham perdana (IPO) perseroan, Senin (19/12).
Saham perseroan melonjak hingga 45,63 persen dari harga IPO sebesar Rp103 per saham menjadi Rp150 per saham. Sesuai dengan aturan mainnya, perseroan yang baru melantai hanya diberikan batas auto rejection hingga dua kali lipat.
Namun, saham Bintang Oto terus melonjak melebihi batas harga bagian atas sebesar 35 persen untuk saham dengan rentang harga Rp50 sampai dengan Rp200. Saat ini, harga saham perseroan senilai Rp175. Angka tersebut melonjak 69,9 persen dari harga awal Rp103.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan pantauan CNNIndonesia.com, Daewoo Securities menjadi pembeli terbanyak dari saham tersebut dengan volume 27.871 lot, sedangkan penjual terbanyak dilakukan oleh Jasa Utama Capital sebagai underwriter Bintang Oto sebanyak 101.600 lot saham.
Adapun, total volume perdagangan hingga auto rejection kedua sebanyak 137.777 lot dengan nilai Rp2,41 miliar.
Dalam pencatatan saham perdananya ini, perseroan menjadi emiten ke-16 pada tahun ini. Perseroan resmi melepas 47,37 persen dari modal yang telah ditempatkannya dan disetor penuh. Dengan harga awal Rp103 per saham, dana yang berhasil dikempit oleh perusahaan yang bergerak di bidang otomotif terintegrasi tersebut mencapai Rp185,4 miliar.
Direktur Utama Bintang Oto Arif Andi Wihatmanto mengungkapkan, sekitar 44,44 persen atau Rp80 miliar dari hasil IPO tersebut akan digunakan untuk peningkatan penyertaan modal anak usaha, yaitu PT Sumber Utama Niaga (SUNI).
Sementara, sisanya Rp100 miliar atau 55,56 persennya untuk penyertaan modal anak usahanya lainnya, yakni PT Sinar Usaha Nusantara (SUNU).
Arif menjelaskan, perseroan berencana membuka satu diler di tahun depan dengan nilai investasi sebesar Rp25 miliar. Sejauh ini, lini usaha yang berkontribusi paling besar adalah penjualan mobil. Lini usaha tersebut bertumbuh 31 persen selama tiga tahun terakhir. Adapun, sepanjang tahun ini, perseroan membukukan pertumbuhan 21 persen.
"Kalau dilihat sih mobil LCGC dari tahun ke tahunnya bertumbuh signifikan ya, terutama yang terjangkau dan fiturnya yang semakin bagus ya. Konsumen memilih ini untuk sehari-hari mereka, jadi tumbuh dan meningkat," ujarnya, Senin (19/12).
Saat ini, Bintang Oto memiliki diler 3S (sales, service, dan spare parts) di Malang, dan rental kendaraan dengan segmen korporasi. "Perseroan berencana melakukan ekspansi dengan membuka diler baru di Madiun dan Klaten," terangnya.
Perusahaan optimis penjualan mobil tahun depan bakal menggeliat. Perseroan mematok pertumbuhan penjualan sekitar 20 persen hingga 25 persen pada tahun depan.
(bir/gen)