Samosir, CNN Indonesia -- PT Integrated Service Solutions (ISS) Indonesia membidik pertumbuhan pendapatan perusahaan minimal sebesar 10 persen di sepanjang tahun ini atau menjadi sekitar Rp3,82 triliun dari total pendapatan tahun lalu yang mencapai Rp3,48 triliun.
Direktur Utama ISS Indonesia Elisa Lumbantoruan mengungkapkan, pertumbuhan pendapatan di tahun keduanya menjabat sebagai nahkoda perusahaan memang cukup tinggi. Target tersebut demi mengerek laba bersih perusahaan.
"Ini perusahaan pelayanan. Bisnis ini marginnya sangat rendah karena marginnya itu satu angka. Mungkin, masih di bawah lima persen (tahun lalu)," ujarnya dalam Media Gathering ISS Indonesia di Samosir, Sumatra Utara, Kamis (27/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Elisa, selain untuk mendongkrak laba bersih, pertumbuhan pendapatan juga dipacu untuk memenuhi kecukupan modal yang dibutuhkan perusahaan, yaitu modal penalangan gaji petugas pelayanan yang dikontrak oleh perusahaan klien.
Berdasarkan perhitungannya, setidaknya ISS Indonesia membutuhkan kecukupan modal untuk gaji petugas mencapai Rp2,4 triliun per tahun atau sebesar Rp200 miliar per bulan.
"Kami harus menyiapkan gaji per bulan sekitar Rp200 miliar. Jadi, setiap satu bulan kemudian baru ditagihkan gaji ke klien. Kalau kontrak tiga bulan, kami harus sediakan tiga bulan gaji lebih dulu (sebelum dibayarkan klien)," jelas Elisa.
Perusahaan juga harus menyedikan modal untuk pelaksanaan kelas pelatihan yang dibukanya setiap tahun, termasuk setiap ada proyek kerja sama baru dengan perusahaan klien. Sayangnya, Elisa belum ingin memberi angka spesifik terkait laba yang diincar oleh ISS Indonesia.
Ia menilai, tolak ukur pertumbuhan perusahaan, tak hanya dilihat dari kemampuan manajemen dalam menggemukkan kantong keuangan. Lebih dari itu, berapa banyak tenaga kerja yang bisa mendapatkan kesempatan kerja di ISS Indonesia dan seberapa banyak lapangan kerja yang bisa diciptakan oleh perusahaan yang berbasis di Copenhagen, Denmark, tersebut.
"Dari ISS global memasang target rasio pertumbuhan, tapi itu sebenarnya mudah. Karena kalau hanya menyenangkan holding kami, itu tidak sulit juga. Tetapi yang menantang adalah apakah kami bisa menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak lagi," terang Elisa.
Adapun saat ini, perusahaan telah memiliki sebanyak 62 ribu petugas pelayanan yang terhimpun dari 11 kota pusat dan sembilan kota cabang di Indonesia. Sementara, tahun lalu, perusahaan mampu merekrut lulusan pelatihan ISS Indonesia sebanyak 2.946 petugas yang berasal dari 28.845 orang yang terjaring dalam pendaftaran menjadi calon petugas ISS Indonesia.
"Pada 2020 mendatang, kami targetkan jumlah tenaga kerja di ISS Indonesia bisa mencapai 100 ribu orang," imbuh Elisa.
Selektif Pilih KontrakDengan bidikan pertumbuhan pendapatan di tahun ini, ISS Indonesia rupanya tak serta merta menerima seluruh pengajuan kerja sama yang datang kepada perusahaan. Sebab, perusahaan ingin tetap selektif terhadap aliran proyek.
"Tahun ini, kami fokus pada perusahaan besar, mungkin kontraknya tidak banyak, tapi kontribusi ke pendapatan tetap besar," kata Elisa.
Menurut data ISS Indonesia, tahun lalu, perusahaan memiliki kontrak dengan perusahaan klien besar sebanyak 28 perusahaan, seperti PT Angkasa Pura II (Persero), PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN, PT Unilever Indonesia, PT Nestle Indonesia, PT Bank Permata Tbk, PT Siloam International Hospital Tbk hingga pusat perbelanjaan Pondok Indah Mall (PIM).
Dari total 28 klien besar tersebut, ISS Indonesia mencatat sumbangsih proyek kerja samanya mencapai 42 persen dari total pendapatan di tahun lalu atau mencapai Rp1,46 triliun. Tahun ini, perusahaan ingin agar kontribusi pendapatan dari klien besar mampu menembus 60 persen dari total pendapatan.
Sementara itu, EVP Head of Regional Management ISS Indonesia Bendady Pramono menambahkan, setidaknya, sampai akhir tahun lalu, perusahaan tengah menjalankan kontrak kerja sama mencapai tiga ribu kontrak yang terdiri dari berbagai kelompok pelayanan, misalnya pelayanan kebersihan (cleaning service), pelayanan parkir, pelayanan keamanan, dan lainnya.
"Jumlah kontrak memang mencapai tiga ribu karena dari satu perusahaan saja kontraknya banyak. Misalnya, dengan Unilever, ada kontrak di Jakarta, di Sei Mangkei, dan lainnya," kata Bendady pada kesempatan yang sama.