Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memastikan, hubungan perdagangan antara Indonesia dengan Qatar berupa impor gas (Liquefied Petroleum Gas/LPG) tak terganggu, meski Qatar tengah mengalami masalah diplomatik dengan empat negara Arab, yakni Arab Saudi, Bahrain, Mesir, dan Uni Emirat Arab.
"Kalau ke darat tidak punya hubungan sekarang, karena ditutup sama Arab Saudi. Tapi, kalau ke laut kan tetap bisa. Itu lewat teluk (impor gas), perairan internasional. Jadi, kalau impor gas mestinya tidak terganggu," ujar Darmin di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rabu (7/6).
Namun, untuk memastikannya, Darmin bilang, ia akan berkomunikasi dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan terkait dampak masalah Qatar terhadap impor gas ke Tanah Air.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sisi lain, dampak langsung terhadap Indonesia dari perang dingin Qatar dan empat negara Arab tersebut adalah ke sektor penerbangan ke dan dari Indonesia. Pasalnya, penerbangan dari Qatar terpaksa mengalami pengalihan untuk sementara waktu, yaitu dari maskapai Qatar Airways ke maskapai penerbangan lain.
"Dampaknya, orang harus menukar pesawat, tukar penerbangan. Turis bisa saja ada pengaruh, tapi tidak banyak karena bukan dari sana (kebanyakan) jumlah turis kita," terang Darmin.
Bersamaan dengan itu, pemerintah lebih memilih untuk menunggu perkembangan dari masalah hubungan diplomatik kedua pihak, sembari memastikan bahwa dampaknya tak besar ke ekonomi Indonesia.
Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor gas dari Qatar ke Indonesia mencapai US$30,3 juta pada Maret 2017 lalu. Sedangkan dari sisi volume, impor gas mencapai 50,2 ribu ton. Sedangkan, ekspor dari Indonesia ke Qatar senilai US$5,9 juta dan berkapasitas 3,3 ribu ton pada Maret lalu.
Sementara, sepanjang 2016, nilai perdagangan Indonesia-Qatar sebesar US$915 juta, dengan 81,2 persen atau sekitar US$743 juta berasal dari perdagangan impor minyak dan gas dari Qatar ke Indonesia.