Jakarta, CNN Indonesia -- Perekonomian Indonesia diyakini masih bisa melebihi level 5 persen pada kuartal II tahun ini.
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede memperkirakan peningkatan ekonomi kuartal II tahun ini akan mencapai 5,07 persen (year on year/yoy) lebih tinggi dari kuartal sebelumnya yang hanya mencapai 5,01 persen.
Josua mengatakan, meningkatnya kinerja ekonomi kali ini didorong oleh permintaan domestik, terutama konsumsi rumah tangga serta konsumsi dan investasi pemerintah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peningkatan konsumsi rumah tangga pada kuartal II tahun ini terindikasi dari impor barang konsumsi yang tumbuh 14,5 persen yoy, meningkat dari kuartal I tahun ini yang tercatat 4,8 persen yoy.
Selain itu, pertumbuhan uang beredar (M1) menunjukkan tren peningkatan dari 14,2 persen yoy pada kuartal I 2017 menjadi 17,8 persen yoy pada kuartal II tahun ini.
Namun demikian, kata Josua, yang perlu menjadi catatan adalah data penjualan otomotif pada kuartal II yang melambat yakni penjualan mobil tumbuh negatif 5,6 persen yoy dari kuartal sebelumnya yang tumbuh positif 6,2 persen yoy.
Sementara itu, laju penjualan motor tercatat minus 10,9 persen yoy dari kuartal sebelumnya yang turun 6,8 persen yoy.
Selain itu, kata Josua, indikator lainnya proxy dari konsumsi rumah tangga seperti penjualan ritel dan indeks kepercayaan konsumen pada kuartal II secara rata-rata meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya.
"Peningkatan konsumsi rumah tangga meskipun terbatas, masih dipengaruhi oleh faktor musiman Idul Fitri serta liburan sekolah pada akhir kuartal II," kata Josua kepada CNNINdonesia.com, Minggu (6/8).
Sementara itu, Ekonom Institute for Development of Economics and Finance(Indef) Bhima Yudhistira memroyeksi, pertumbuhan ekonomi kuartal II sebesar 5,05 persen atau sedikit melemah.
Hal itu terindikasi dari kinerja pertumbuhan ekspor non-migas yang melambat menjadi 6,8 persen yoy dari kuartal sebelumnya yang tumbuh 21,8 persen yoy.
Menurut Bhima, pada kuartal II, sektor konsumsi yang merupakan tulang punggung ekonomi karena porsinya mencapai 57 persen terhadap PDB, performanya ada di bawah ekspektasi selama triwulan II.
"Salah satu faktornya karena konsumsi rumah tangga yang diharapkan mendorong pertumbuhan khususnya saat Lebaran ternyata dibawah ekspektasi. Konsumsi rumah tangga sulit tumbuh lebih dri 5,1 persen (yoy). Padahal 57 persen kue ekonomi disusun dari konsumsi rumah tangga," ujar Bhima.
Bhima menyebut harapan datang dari sisi investasi dan ekspor. Keduanya menjadi motor pendorong kuartal II lalu.
“Realisasi Investasi pertumbuhannya di triwulan II tidak mengecewakan yakni 12,7 persen. Kemudian, perbaikan harga komoditas khususnya minyak kelapa sawit, serta perbaikan ekonomi China jadi sentimen positif yang mendorong laju ekspor nonmigas,” katanya.
Badan Pusat Statistik akan mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal kedua 2017, besok, Senin (7/8).