Jakarta, CNN Indonesia -- PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP) memiliki target agresif hingga 2020 mendatang berupa penambahan gerai Mitra10. Tak tanggung-tanggung, perseroan membidik menambah 24 gerai baru.
Sekretaris Perusahaan Idrus H Widjajakusuma menuturkan, hingga saat ini, perusahaan telah memiliki 26 gerai Mitra10. Dua gerai di antaranya baru dibuka pada semester I tahun ini.
"Kalau sekarang kami memiliki 26 gerai, jika dibandingkan dengan total area Indonesia sendiri itu kan sedikit sekali. Nah, kami tumbuhnya bertahap lah," ujarnya, Kamis (10/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Misalnya, ia menyebutkan, tambahan dua gerai baru di penghujung tahun ini. Artinya, jumlah gerai pada 2017 ini diharapkan bertambah menjadi 28. Sehingga, perusahaan masih perlu menambah 22 gerai baru untuk merealisasikan target agresifnya di tahun 2020.
Sayangnya, Idrus masih enggan menyebut jumlah dana yang dibutuhkan dalam menambah gerai Mitra10 dalam tiga tahun mendatang. Namun, secara rata-rata manajemen membutuhkan dana sekitar US$4 juta-US$5 juta untuk membuka satu gerai.
Terkait pendanaan, perusahaan memiliki beberapa sumber biaya, yakni dari kas internal dan pinjaman perbankan. Rencananya, perusahaan akan kembali melakukan pinjaman perbankan untuk menambah empat gerai Mitra10 tahun depan.
"Sumber kami sebenarnya itu-itu saja, bank dan kas. Tahun depan, kami akan cari pinjaman baru jadi sebagian pendanaan dari pinjaman perbankan," terang dia.
Namun, ia belum memiliki gambaran jumlah pinjaman perbankan tersebut. Pasalnya, peminjaman untuk pembangunan gerai tidak bisa dilakukan sekaligus, karena waktu pembangunan yang tidak sama.
"Jadi, misal mau buka tiga, itu tidak bisa langsung bilang mau tiga, satu-satu," jelasnya.
Tak Terpengaruh Perlambatan PropertiSebagai perusahaan yang menjual barang-barang matrial, Idrus menyatakan, industri properti yang masih melambat tidak berpengaruh langsung kepada bisnis perusahaan. Hal ini disebabkan, pasar dari Catur Sentosa sendiri lebih banyak dipergunakan untuk merenovasi rumah.
"Jadi, banyaknya orang yang mau betulin rumah, jadi tidak secara langsung bergantung pada industri properti," ucapnya.
Terbukti, laba bersih perusahaan masih tumbuh pada semester I 2017 ini sekitar 14,28 persen menjadi Rp40 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp35 miliar. Adapun, penjualan perusahaan naik sekitar 13 persen dari Rp3,97 triliun menjadi sebesar Rp4,49 triliun.
Perusahaan menargetkan adanya pertumbuhan laba bersih hingga akhir tahun ini menjadi Rp90 miliar dan pendapatan Rp9 triliun.
Ia menambahkan, lonjakan penjualan produk matrial umumnya berlangsung pada kuartal IV atau jelang natal dan tahun baru. Sementara, penjualan akan berkurang atau tipis saat ramadan atau lebaran karena mayoritas pekerja proyek pulang kampung.
"Biasanya sepi kuartal II atau III, lebaran sepi karena kan tukang pada pulang kampung. Siapa yang renovasi?" pungkasnya.