Pemerintah Sebut Bisa 'Geser' Batu Bara dengan Pariwisata

CNN Indonesia
Selasa, 17 Okt 2017 12:42 WIB
Pemerintah mengklaim, mampu mengubah peta sumber devisa bagi negara dari yang semula bergantung pada komoditas, ke sektor pariwisata.
Pemerintah mengklaim, mampu mengubah peta sumber devisa bagi negara dari yang semula bergantung pada komoditas, ke sektor pariwisata. (CNN Indonesia/Priska Sari Pratiwi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mengklaim, mampu mengubah peta sumber devisa bagi negara dari yang semula bergantung pada komoditas, kini bergeser dari sektor pariwisata dalam tiga tahun terakhir.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, sumbangan devisa negara saat pemerintahan Jokowi-JK dimulai pada 2014 lalu, masih dirajai oleh pendapatan dari ekspor komoditas, seperti batubara, minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), hingga minyak dan gas bumi (migas).

Sementara, sumbangan pariwisata masih mengekor di belakang tiga komoditas itu sampai akhir 2014. Namun, memasuki tahun kedua pemerintahan Jokowi-JK, Arief bilang, penetrasi sumbangan devisa dari pariwisata sudah kian besar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Sampai akhir 2016, sumbangan devisa terbesar dari CPO dan kemudian pariwisata. Bahkan, sudah mengalahkan batubara," ujar Arief di Kantor Staf Presiden, Selasa (17/10).

Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, sumbangan devisa pariwisata pada 2014 sebesar US$10,69 miliar. Lalu, angkanya meningkat pada 2015 menjadi US$11,62 miliar. Sedangkan, sampai akhir tahun lalu, angkanya hampir mendekati US$12 miliar.

"Sekarang sudah hampir US$12 miliar. Ini berbanding lurus dengan peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia setiap tahunnya," kata Arief.

Sumbangan devisa terbesar ketiga dan keempat, datang dari migas dan batubara. Untuk itu, Arief yakin, sampai akhir pemerintahan Kabinet Kerja, pemerintah bisa menempatkan pariwisata sebagai penyumbang devisa nomor satu bagi Indonesia.

"Sampai tahun ini saja kelihatannya akan meningkat lagi. Belum ada angkanya, tapi perkiraannya sudah terlihat akan naik sekitar 25 persen (sejak 2014 lalu)," terangnya.

Bersamaan dengan peningkatan pertumbuhan sektor pariwisata itu, Arief bilang, beberapa perluasan penetrasi terus diupayakan pemerintah, misalnya dengan membentuk 10 'Bali baru' bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Adapun 10 'Bali baru' itu digagas untuk memecah minat wisatawan yang hingga saat ini masih terpusat pada tiga titik saja, yaitu Bali, DKI Jakarta, dan Kepulauan Riau.

Dalam catatannya, sumbangan wisatawan sekitar 40 persen masih berasal dari Bali, 30 persen dari DKI Jakarta, 20 persen dari Kepulauan Riau, dan sisanya tersebar di titik-titik lain.


"Makanya kami mau buat 10 destinasi lagi, yang sebenarnya potensinya masih sangat besar dan tak kalah dibandingkan Bali," tekannya.

Caranya, dengan meningkatkan akses infrastruktur ke 10 destinasi 'Bali baru' tersebut dan titik lain. Lalu, meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di kawasan wisata.

"Salah satunya, kami akan kejar target 500 ribu sertifikasi SDM pariwisata di tingkat Asean," katanya.

Langkah lain, dengan membentuk Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang fokus pada sektor pariwisata, sehingga mulai dari perizinan, modal, akses, hingga pembangunan lebih terpusat dalam satu kawasan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER