Jakarta, CNN Indonesia -- Ekonom sekaligus Mantan Menteri Koordinator Maritim Rizal Ramli menuding, kebijakan ekonomi super konservatif yang ditempuh pemerintah menjadi biang keladi pelemahan daya beli masyarakat.
"Kalau kebijakan ekonomi super konservatif, otomatis pertumbuhan ekonomi akan turun, daya beli akan anjlok." ujarnya di Jakarta, Rabu (15/10).
Ia melihat bahwa kebijakan perekomonian di Indonesia yang super konservatif tersebut tercermin dari upaya-upaya pengetatan kebijakan moneter dan fiskal di Indonesia, seperti pengetatan anggaran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rizal menyarankan, alih-alih melakukan pengetatan kebijakan makro ekonomi, seharusnya pemerintah memberi kelonggaran. “Jad,i kalau mau meningkatkan daya beli,
ubah kebijakan makro ekonominya yang terkait pengetatan itu," ungkap Rizal.
Tidak hanya itu, ia juga mengungkapkan, faktor lain yang menjadi dalang melemahnya daya beli masyarakat, khususnya di kalangan masyarakat menengah ke bawah, yakni sistem impor pangan dengan kuota.
Pasalnya, iklim import pangan di Indonesia saat ini hanya bersifat menguntungkan para konglomerat atau taipan yang memegang peranan dominan pada sektor tersebut.
Lebih lanjut ia merekomendasikan agar pemerintah menerapkan sistem impor pangan dengan mengenakan kenaikan tarif. Dengan langkah tersebut, ia yakin, daya beli masyarakat akan kembali terpompa.
Sekadar informasi, berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan konsumsi rumah tangga selama Juli hingga September hanya mencapai sebesar 4,93 persen. Presentase tersebut lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 5,01 persen.
(dit/bir)