Jakarta, CNN Indonesia -- Ancaman mogok kerja buruh di Nigeria mendorong harga minyak mentah dunia merangkak lebih dari 1 persen pada perdagangan Kamis (7/12), waktu Amerika Serikat (AS). Kenaikan harga minyak juga disebabkan oleh pemulihan pasar pasca mendapatkan tekanan dari peningkatan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) AS yang di luar dugaan.
Dilansir dari
Reuters, Jumat (8/12), harga minyak Brent di pasar berjangka naik US$0,98 atau 1,6 persen menjadi US$62,2 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) merangkak ke level US$56,69 per barel setelah naik US$0,73 atau 1,3 persen.
Sehari sebelumnya, harga Brent sempat terkoreksi 2,6 persen dan WTI juga turun 2,9 persen setelah kenaikan stok Bahan Bakar Minyak (BBM) yang di luar dugaan.
"Pemulihan pasar dalam jangka pendek, bersama dengan ancaman mogok kerja dari serikat buruh utama Nigeria, telah memberikan dorongan pada harga minyak di sesi perdagangan hari ini (Kamis 7/12)," ujar Analis Energi Senior Interfax Energy Global Gas Analytics Abhishek Kumar di London.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Satu dari dua serikat pekerja utama Nigeria mengancam bakal melancarkan aksi mogok kerja mulai 18 Desember mendatang. Padahal, Nigeria merupakan pengekspor minyak terbesar di Afrika.
Data Badan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) yang dirilis Rabu (6/12) lalu menunjukan, persedian minyak mentah AS merosot sebesar 5,6 juta barel pekan lalu menjadi 4481 juta barel. Hal itu membuat pasokan berada di bawah level musiman 2015 dan 2016.
Kendati demikian, stok bensin SA naik sebesar 6,8 juta barel, di atas prediksi analis yang hanya sebesar 1,7 juta barel. Stok minyak distilasi, termasuk solar dan minyak panas, juga naik 1,7 juta barel.
"Hal yang terjadi kemarin merupakan koreksi (pasar) yang tajam, sehingga hari ini sedikit ada jeda," ujar Directur Pelaksana Petromatrix Olivier Jakob. "Secara teknis, masih sangat lemah," tambahnya.
Catatan PVM Oil Associates juga menyatakan bahwa data mingguan produksi AS tidak seburuk yang terlihat pada awalnya.
"Level (pasokan AS) saat ini mendekati 7 persen di bawah tahun lalu dan rata-rata surplus dalam lima tahun terakhir hanya 3,9 persen," seperti yang ditulis dalam catatan tersebut.
Di sisi lain, kenaikan harga minyak tertahan oleh peningkatan produksi AS sebesar 25 ribu barel per hari (bph) menjadi 9,71 juta bpd pada pekan lalu, tertinggi sejak AS mampu memproduksi 10 juta bph di era tahun 1970-an.
Melesatnya produksi minyak AS mengancam upaya Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia yang ingin menyeimbangkan produksi dan permintaan setelah kondisi kelebihan pasokan di pasar dalam beberapa tahun terakhir.
Upaya menyeimbangkan itu dilakukan melalui kesepakatan untuk memangkas produksi minyak sebesar 1,8 juta bph sejak Januari 2017 hingga akhir 2018.
(lav)