Bank BUMN Raup Untung Rp65,7 Triliun di Tahun Lalu

Agustiyanti | CNN Indonesia
Kamis, 01 Feb 2018 06:45 WIB
Raihan laba bank-bank BUMN pada tahun lalu tersebut naik 22,81 persen dibandingkan raihan pada 2016 lalu mencapai Rp53,52 triliun.
Sepanjang tahun lalu, bank-bank BUMN mencatakan pendapatan usaha mencapai Rp262,76 triliun. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia -- Empat bank BUMN mencatatkan laba bersih sepanjang tahun lalu sebelum diaudit (unaudited) mencapai Rp65,73 triliun. Raihan laba tersebut naik 22,81 persen (year on year/yoy) dari tahun sebelumnya Rp53,52 triliun.

Berdasarkan data Kementerian BUMN, kenaikan laba tertinggi dicatatkan oleh PT Bank Mandiri Tbk, dari Rp13,81 triliun pada 2016 menjadi Rp20,63 triliun. Kemudian disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang naik dari Rp25,75 triliun menjadi Rp28,5 triliun.

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan kenaikan laba dari Rp11,34 triliun menjadi Rp13,62 triliun dan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) dari Rp2,62 triliun menjadi Rp3,02 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sepanjang tahun lalu, bank-bank BUMN mencatakan pendapatan usaha mencapai Rp262,76 triliun. Pendapatan tersebut naik 8,73 persen dari tahun sebelumnya Rp241,66 triliun.Pendapatan usaha terbesar dicatatkan oleh BRI sebesar Rp117,15 triliun, disusul oleh Bank Mandiri Rp78,71 triliun, BNI Rp45,21 triliun, dan BTN Rp21,69 triliun.

Kendati mencatatkan kenaikan laba, BNI sebelumnya mengaku perolehan laba tahun lalu tak mencapai target perseroan.

Direktur Keuangan BNI Rico Rizal Budidarmo mengungkapkan, ada beberapa hal yang menjadi penyebab tak terealisasinya target laba yang dicanangkan perseroan. "Faktor utama persaingan dengan pasar modal, bank harus bersaing (mencari dana) dengan kompetitif," terang Rico.

Selain itu, menurut Rico, ada pula faktor dari penurunan suku bunga secara bertahap yang dilakukan bank, sejalan dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Sementara itu, BRI yang juga mencatatkan kenaikan laba di akhir tahun lalu, ikut membukukan kenaikan kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL). BRI mencatatkan peningkatan rasio NPL ke kisaran 2,23 persen pada tahun lalu dari posisi tahun sebelumnya yang di kisaran 2,13 persen.

Direktur Manajemen Risiko BRI Donsuwan Simatupang menjelaskan, terdapat beberapa langkah restrukturisasi yang tak berhasil dilakukan, sehingga membuat NPL bengkak. Gagalnya restrukturisasi, terutama terjadi pada kredit di sektor minyak dan gas (migas) serta perkapalan.

"Misalnya, ada industri perkapalan itu belum me-recovery sehingga restrukturisasi yang kami lakukan belum berjalan dengan baik. Di sektor lain, migas juga terjadi," kata dia.

Kendati begitu, menurut dia, restrukturisasi rupanya berhasil dijalankan pada sektor-sektor tertentu, seperti pertambangan. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER