Wamen Archandra: Dunia Mulai Beralih ke Energi Terbarukan

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Jumat, 16 Mar 2018 12:25 WIB
Seiring dengan mulai beralihnya penggunaan energi di dunia dari fosil menunju energi terbarukan, Indonesia bertekad untuk meningkatkan bauran energinya.
Seiring dengan mulai beralihnya penggunaan energi di dunia dari fosil menunju energi terbarukan, Indonesia bertekad untuk meningkatkan bauran energinya. (ANTARA FOTO/Widodo S Jusuf)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menegaskan bahwa penggunaan energi di dunia sudah mulai beralih dari sumber energi fosil menuju sumber energi baru terbarukan (EBT) dalam beberapa tahun terakhir.

Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah juga menyatakan keseriusannya dalam pengembangan EBT di Indonesia. Pemerintah menargetkan porsi EBT dalam bauran energi pembangkitan tenaga listrik pada tahun 2025 mencapai 23 persen.

"Energi terbarukan menjadi sumber energi yang tumbuh paling cepat di dunia, dengan konsumsi meningkat rata-rata 2,3 persen per tahun antara tahun 2015, Indonesia bertekad untuk meningkatkan bauran energinya menjadi 23 persen pada tahun 2025", ujar Arcandra dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (16/3).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengutip data dari International Energy Outlook 2017, Arcandra menyebut konsumsi batu bara sejak tahun 2000-an hingga saat ini tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Konsumsi batu bara disebut semakin lama akan digantikan oleh sumber energi nonfosil lainnya seperti gas bumi, dan EBT serta tenaga nuklir (khususnya di China) untuk pembangkit tenaga listrik.


"Sebagai ilustrasi, China negara yang selama ini konsumsi batu baranya terbesar di dunia tetapi penggunaan batu bara diproyeksikan akan menurun sebesar 0,6 persen per tahun dari tahun 2015 sampai 2040", ujarnya.

Sejauh ini, sumber EBT yang banyak dikembangkan didunia adalah energi matahari dan angin. Keduanya mampu menyumbang sekitar US$226 miliar di seluruh dunia pada tahun 2016, atau sekitar 90 persen dari investasi di sektor EBT.

Namun, hingga kini pengembangan EBT tersebut masih didominasi negara-negara maju.


Kendati demikian, Arcandra menjelaskan bahwa Indonesia sebagai negara berkembang terus menelurkan kebijakan yang mendukung iklim investasi di sektor ESDM dan juga memprioritaskan penggunaan sumber daya EBT. Diharapkan, Indonesia dapat memenuhi target bauran energi serta mengurangi emisi gas rumah kaca yang menjadi komitmen bersama pada Konferensi COP 21 di Paris pada 2015 lalu.

"Sampai tahun 2017, porsi EBT dalam bauran energi masih 8,43 persen, ada celah sekitar 15 persen. Kesenjangan ini harus diisi melalui reformasi kebijakan untuk memberdayakan lebih banyak EBT dalam skala ekonomi dan harga yang terjangkau," tegasnya,

Awal pekan ini, Kementerian ESDM telah menyetujui Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) tahun 2018 - 2027 yang telah mengakomodasi peningkatan EBT. Hal itu tercermin dari porsi EBT dalam bauran energi pembangkit tenaga listrik pada tahun 2025 mencapai 23 persen atau lebih tinggi dibandingkan porsi EBT pada RUPTL PLN 2017-2026, 22,6 persen. (agi)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER