Jakarta, CNN Indonesia -- Kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi kuat kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) akhir bulan ini masih menjadi tekanan utama bagi pasar saham.
Analis Artha Sekuritas Juan Oktavianus Harahap mengatakan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat belum bisa beranjak dari zona merah atau kembali ke area 6.000.
"IHSG diprediksi
melemah," kata Juan dalam risetnya, dikutip Rabu (27/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Potensi kenaikan suku bunga acuan BI sendiri dipengaruhi oleh The Fed yang kembali mengerek suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertengahan bulan ini.
Sentimen negatif tak hanya datang dari dalam negeri, melainkan juga dari global. Isu perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China dan Uropa turut berdampak negatif bagi IHSG. Maka itu, Juan meramalkan IHSG berada dalam rentang support 5.776 dan resistance 5.890.
"(Prediksi melemah) dikarenakan kecemasan rapat RDG BI dan sentimen global yaitu perang dagang," jelas Juan.
Di sisi lain, Analis Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya berpendapat IHSG masih dalam tren penguatan jika dilihat secara jangka panjang. Alhasil, peluang kenaikan bagi indeks saat ini sebenarnya terbuka cukup lebar.
"IHSG berpotensi menguat hari ini," terang William melalui risetnya.
Ia mengatakan IHSG sedang berada dalam rentang konsolidasi wajar. William memproyeksi IHSG bergerak dalam rentang support 5.779 dan resistance 5.998.
Pada perdagangan kemarin, IHSG melemah 33,43 poin atau 0,57 persen ke level 5.825. Hal itu seiring dengan jual bersih pelaku pasar asing (net sell) sebesar Rp453,06 miliar.
Berbanding terbalik, bursa saham Wall Street ditutup menguat tadi malam. Dalam hal ini, Dow Jones naik 0,12 persen, S&P500 naik 0,22 persen, dan Nasdaq Composite naik 0,39 persen.
(lav)