Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BTN) meraup laba bersih sebesar Rp1,42 triliun pada Semester I 2018. Meski capaian tumbuh 12,01 persen dibanding periode yang sama tahun lalu Rp1,27 triliun, namun kinerja masih di bawah target perseroan tahun ini 20 persen.
Direktur Utama BTN Maryono mengungkapkan berdasarkan tahun-tahun sebelumnya, laju kegiatan para pengembang properti akan lebih kencang pada paruh kedua. Karenanya, Maryono optimistis target laba 2018 sebesar Rp3,8 triliun bisa tercapai.
"Kami lihat, sekarang banyak pengembang yang sudah membangun rumah kami dan kami sudah melihat permintaan KPR Subsidi sudah meningkat" ujar Maryono dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Maryono, kenaikan laba pada paruh pertama tahun ini ditopang kinerja kredit yang mencapai Rp211,35 triliun atau tumbuh 19,14 persen secara tahunan. Kenaikan kredit perseroan tersebut membuat pendapatan bunga bersih perusahaan naik 12,98 persen menjadi Rp4,77 triliun.
"Semester II kami akan terus menggenjot kredit perumahan untuk mengejar target kredit kami tahun ini yang diharapkan dapat tumbuh di atas 20 persen," ujarnya.
Menurut Maryono, relaksasi ketentuan Bank Indonesia (BI) terkait uang muka Loan to Value (LTV) pada sektor perumahan mulai Agustus 2018 akan berkontribusi positif pada kredit perumahan perseroan.
Jika dirinci, mayoritas penyaluran kredit masih berasal dari Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan porsi 73,5 persen dari total kredit. KPR subsidi melesat 30,26 persen menjadi Rp83,36 triliun.
Sementara itu, KPR nonsubsidi tercatat Rp72,01 triliun atau naik 13,4 persen. Kemudian, kredit konstruksi naik 17,03 persen menjadi Rp27,6 triliun. Terakhir, KPR lainnya berkontribusi sebesar Rp8,34 triliun atau merosot 3,72 persen.
Di sisi lain, kredit nonperumahan selama Januari-Juni 2018 hanya naik 13,49 persen menjadi Rp20,05 triliun. Pada segmen tersebut, kredit komersial berkontribusi sebesar Rp15,49 triliun atau tumbuh 20,15 persen dan kredit konsumer tercatat sebesar Rp4,5 triliun atau turun 4,48 persen.
Lebih lanjut, Maryono mengatakan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross perseroan turun dari 3,23 persen menjadi 2,78 persen. Secara net, NPL net turun menjadi 1,8 persen dari 2,24 persen
"NPL gross khusus KPR Subsidi yang hanya 1,21 persen. Angka tersebut lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, 1,66 persen," ujarnya.
Kemudian, dana pihak ketiga (DPK) perusahaan juga tercatat naik 19,17 persen sepanjang Semester I 2018 ini menjadi Rp189,63 triliun. Porsi terbesar berasal dari deposito sebesar Rp101,54 triliun atau tumbuh 20,36 persen. Adapun giro tercatat Rp48,63 triliun dan tabungan Rp39,46 triliun.
(lav)