
Dolar Perkasa, Masyarakat Mulai Ambil Untung ke Money Changer
Christine Novita Nababan & Safyra Primadhyta, CNN Indonesia | Rabu, 05/09/2018 18:31 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Masyarakat mulai memanfaatkan aksi ambil untung (profit taking) dari pelemahan rupiah. Tak sedikit masyarakat datang ke tempat-tempat penukaran uang (money changer) demi melepas dolar AS yang digenggamnya.
Erman (48 tahun), salah satu konsumen PT Valuta Inti Prima (VIP) mengaku tidak ingin ketinggalan memanfaatkan momentum pelemahan rupiah dengan menjual dolar AS. Ia khawatir semakin lambat, rupiah akan semakin menguat.
"Saya lagi perlu uang. Jadi, lepas saja. Jumlah yang ditukar hanya 500 dolar AS," imbuh pria yang mengaku bekerja sebagai karyawan swasta, kepada CNNIndonesia.com, Rabu (5/9).
Hana (34 tahun), nasabah simpanan dolar AS di salah satu bank swasta nasional bilang menarik sekitar 2.600 dolar AS tabungannya demi menikmati cuan. Uang yang ditabung selama 10 bulan terakhir itu akan digunakan untuk modal membayar uang muka mobil.
"Toh, saya sudah untung sekitar Rp4 juta, daripada nanti turun lagi. Saya juga khawatir kalau nanti-nanti beli mobilnya malah semakin mahal karena kondisi rupiah lagi begini," terang dia.
Lili Suryana, staf VIP menyebut masyarakat mulai ramai menukarkan dolar mereka karena lonjakannya tinggi, terutama kemarin, Selasa (4/9). "Kemarin lebih ramai. Kalau sekarang mungkin masih pagi (pukul 10.00 WIB saat dijumpai), masih relatif normal. Kemarin orang bisa antri sambil berdiri," katanya.
Pukul 10.00 WIB pagi tadi, kurs beli dolar AS dipatok Rp14.970. Sementara, untuk kurs jual tembus Rp15.010 per dolar AS. Namun demikian, menurut pengamatannya, belum terlalu banyak masyarakat yang jual-beli dolar AS. "Sejauh ini transaksi masih normal saja," imbuh dia.
Kondisi serupa juga tampak di tempat penukaran uang PT Anugerah Mega Perkasa Valas di Sarinah, Jakarta Pusat. Bahkan, tak ada antrian yang berarti di lokasi. "Belum ada ya peningkatan signifikan. Bahkan, pelanggan cenderung berkurang," ucap petugas yang enggan disebutkan namanya.
Namun, ia mengungkapkan lebih banyak pengunjung yang datang untuk mencairkan dolar mereka ketimbang membeli mata uang Negara Paman Sam tersebut. "Mungkin, masih banyak yang menahan ya," tutur dia.
Di penukaran uang di Mall Kota Kasablanka Ratu Valasindo, aktivitas masyarakat yang melakukan jual-beli dolar AS juga boleh dibilang biasa-biasa saja. Yuyus, salah satu petugas mengaku memang lebih banyak yang menukar dolar ke rupiah ketimbang sebaliknya.
"Di sini, kami jual dolar AS Rp15.002, jadi mungkin banyak orang datang mau tukar uang mereka ke rupiah. Tapi yang beli sih masih sedikit," tandasnya.
(bir)
Erman (48 tahun), salah satu konsumen PT Valuta Inti Prima (VIP) mengaku tidak ingin ketinggalan memanfaatkan momentum pelemahan rupiah dengan menjual dolar AS. Ia khawatir semakin lambat, rupiah akan semakin menguat.
"Saya lagi perlu uang. Jadi, lepas saja. Jumlah yang ditukar hanya 500 dolar AS," imbuh pria yang mengaku bekerja sebagai karyawan swasta, kepada CNNIndonesia.com, Rabu (5/9).
Hana (34 tahun), nasabah simpanan dolar AS di salah satu bank swasta nasional bilang menarik sekitar 2.600 dolar AS tabungannya demi menikmati cuan. Uang yang ditabung selama 10 bulan terakhir itu akan digunakan untuk modal membayar uang muka mobil.
"Toh, saya sudah untung sekitar Rp4 juta, daripada nanti turun lagi. Saya juga khawatir kalau nanti-nanti beli mobilnya malah semakin mahal karena kondisi rupiah lagi begini," terang dia.
Lili Suryana, staf VIP menyebut masyarakat mulai ramai menukarkan dolar mereka karena lonjakannya tinggi, terutama kemarin, Selasa (4/9). "Kemarin lebih ramai. Kalau sekarang mungkin masih pagi (pukul 10.00 WIB saat dijumpai), masih relatif normal. Kemarin orang bisa antri sambil berdiri," katanya.
![]() |
Pukul 10.00 WIB pagi tadi, kurs beli dolar AS dipatok Rp14.970. Sementara, untuk kurs jual tembus Rp15.010 per dolar AS. Namun demikian, menurut pengamatannya, belum terlalu banyak masyarakat yang jual-beli dolar AS. "Sejauh ini transaksi masih normal saja," imbuh dia.
Kondisi serupa juga tampak di tempat penukaran uang PT Anugerah Mega Perkasa Valas di Sarinah, Jakarta Pusat. Bahkan, tak ada antrian yang berarti di lokasi. "Belum ada ya peningkatan signifikan. Bahkan, pelanggan cenderung berkurang," ucap petugas yang enggan disebutkan namanya.
Namun, ia mengungkapkan lebih banyak pengunjung yang datang untuk mencairkan dolar mereka ketimbang membeli mata uang Negara Paman Sam tersebut. "Mungkin, masih banyak yang menahan ya," tutur dia.
Lihat juga:IHSG Anjlok 3 Persen, Terparah di Asia |
Di penukaran uang di Mall Kota Kasablanka Ratu Valasindo, aktivitas masyarakat yang melakukan jual-beli dolar AS juga boleh dibilang biasa-biasa saja. Yuyus, salah satu petugas mengaku memang lebih banyak yang menukar dolar ke rupiah ketimbang sebaliknya.
"Di sini, kami jual dolar AS Rp15.002, jadi mungkin banyak orang datang mau tukar uang mereka ke rupiah. Tapi yang beli sih masih sedikit," tandasnya.
(bir)
FOKUS
Rupiah Kurang Darah |
ARTIKEL TERKAIT

Usai Bergejolak, Rupiah Menguat ke Rp14.930 per Dolar AS
Ekonomi 1 tahun yang lalu
BI: Rupiah Akan Membaik ke Rp14.300-14.700 Tahun Depan
Ekonomi 1 tahun yang lalu
BI Intervensi 'Sangat Kuat', Rupiah Menguat Tipis
Ekonomi 1 tahun yang lalu
Amuk Dolar Hantam Rupiah di Era Soeharto Versus Jokowi
Ekonomi 1 tahun yang lalu
Rupiah Masih Sulit Menguat
Ekonomi 1 tahun yang lalu
Cegah Spekulan, BI 'Sidak' Transaksi Dolar AS di Semua Bank
Ekonomi 1 tahun yang lalu
BACA JUGA

Instagram Akan Bayar Pembuat Konten IGTV Hingga Ribuan Dolar
Teknologi • 13 November 2019 02:19
KPK Sita Rupiah dan Yuan dari Rumah Bupati Bekasi
Nasional • 18 October 2018 15:36
Dipukul Rupiah Anjlok, Harga Chevrolet Belum 'Goyang'
Teknologi • 15 October 2018 14:43
Gerindra: Pemerintah Sepelekan Kurs Rupiah, Tempe Bisa Naik
Nasional • 11 October 2018 01:01
TERPOPULER

Pelaku e-Commerce Resah dengan Aturan Perdagangan Online
Ekonomi • 57 menit yang lalu
Indonesia Menang Sengketa Kertas dari Australia di WTO
Ekonomi 1 jam yang lalu
Aturan Insentif Pajak Investasi Jokowi Diramal Angkat IHSG
Ekonomi 1 jam yang lalu