Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah dan
Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan beberapa langkah mitigasi risiko jika terjadi bencana alam saat gelaran sidang tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia (
IMF-World Bank) di Nusa Dua-Bali pada Oktober mendatang.
Sekretaris Kelompok Kerja Pertemuan IMF-WB Kementerian Keuangan Adi Budiarso mengungkapkan titik penyelamatan tercepat bila terjadi gempa dan tsunami berada di atap gedung/rooftop.
"Ada 21 hotel resmi dan 11 di antaranya sudah grade A untuk atasi tsunami dengan ketinggian tiga sampai enam meter," ungkap Adi, Rabu (5/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, pemerintah dan BI juga telah menyiapkan sirine yang akan berbunyi paling lambat 20 menit sebelum bencana itu terjadi. Sirine itu sudah pernah diuji coba pada akhir tahun lalu.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Satuan Tugas (Satgas) IMF-WB Peter Jacobs mengatakan belum ada rencana perpindahan lokasi penyelenggaran sidang tahunan IMF-WB meski beberapa kali gempa terjadi di Lombok dan erupsi Gunung Api.
"Kalau ada force majeur belum dilihat apakah akan dikembalikan ke Washington DC, tapi sampai sekarang belum ada rencana begitu," tutur Peter.
Berdasarkan sepengetahuannya, analisis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memprediksi kemungkinan terburuk yang bisa terjadi dan agenda internasional itu tetap bisa berlangsung di Bali.
Namun, Adi kembali mengatakan pemerintah dan BI tetap akan memantau dampak erupsi Gunung Agung. Risiko dari gangguan asap Gunung Agung yang diprediksi sejauh ini hanya penutupan bandara.
"Saat letusan kemarin aktivitas di Nusa Dua sangat normal. Radius 12 kilometer (km) untuk asap dan jarak lokasi bisa 70-75 km sehingga bisa kami bilang sangat aman," pungkas Adi.
(lav)