Yogyakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) optimistis
defisit transaksi berjalan (
Current Account Deficit/CAD) menyempit pada 2025 mendatang, asalkan devisa pariwisata bisa menyumbang sebesar US$25 miliar.
Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara menjelaskan pemerintah menargetkan bisa mendapatkan devisa dari sektor pariwisata mencapai US$25 miliar pada 2024.
"BI berharap US$35 miliar, tapi kalau bisa mendapatkan devisa US$25 miliar, maka defisit neraca transaksi berjalan bisa menurun besar," ungkap Mirza di Yogyakarta, dikutip Kamis (30/8).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, target pemerintah untuk menarik wisatawan asing menjadi 20-25 juta pengunjung pada tahun depan merupakan target yang realistis. Sebab, masyarakat Indonesia memiliki budaya khas yang membuat orang asing tertarik untuk berkunjung ke Tanah Air.
"Wilayah Indonesia luas dan budaya murah senyum, makanan juga banyak," tutur Mirza.
Sampai saat ini, lanjut Mirza, jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia berada di angka 14 juta orang per tahun.
Jumlah itu jelas masih jauh lebih sedikit dibandingkan dengan turis di Thailand dan Turki. Sebab, per tahunnya Thailand bisa mengundang wisatawan asing hingga 30 juta per tahun dan Turki mencapai 50 juta orang per tahun.
Sebagai informasi, devisa sektor pariwisata berada pada urutan ketiga sebagai penyumbang devisa tertinggi setelah minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) dan batu bara.
Pada tahun lalu, jumlah devisa sektor pariwisata sebesar US$14 miliar. Kemudian, pemerintah menargetkan devisa sektor pariwisata pada 2018 bisa menyentuh US$17 miliar, dan tahun depan mencapai US$20 miliar.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menilai neraca transaksi berjalan bisa nol atau tidak mengalami defisit lagi pada 2020 mendatang.
Selain pariwisata, penerapan pencampuran biodiesel sebesar 20 persen ke dalam Solar (B-20) nonsubsidi juga bisa memperbaiki neraca transaksi berjalan Indonesia.
Berdasarkan perhitungan, dalam lima tahun ke depan produksi CPO di Indonesia bisa menyentuh 70 juta ton per tahun. Untuk itu, ia meyakini devisa yang bisa diterima Indonesia bisa mencapai US$50 miliar.
"Kalau tahun depan kita bisa terima US$20 miliar, 2024 bisa lah US$30 miliar. Ini bisa buat positif defisit transaksi berjalan," ucap Luhut.
(lav)