Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) menyebut
rupiah belakangan ini memang cenderung menguat. Namun, bayang-bayang pelemahan nilai tukar dinilai masih mengintai mata uang garuda.
Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan rupiah hingga kini masih dibayangi tekanan dari faktor ekonomi global. Tekanan tersebut datang dari beberapa sumber.
Pertama, perang dagang yang berkecamuk antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Perang dagang tersebut sampai saat ini masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir karena AS dan China masih saling berbalas serangan.
Sedangkan sumber
kedua datang dari krisis keuangan yang terjadi di Turki dan Argentina. "Paling tidak, dua risiko global itu yang sampai saat ini kami lihat. Itu punya potensi melemahkan mata uang negara berkembang termasuk Indonesia," katanya di Komplek Gedung BI, Jumat (14/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dodi mengatakan dari sisi internal, fundamental ekonomi dalam negeri dipandang masih baik. Kondisi tersebut salah satunya tercermin dari rasio utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang saat ini masih terjaga.
Agar terus terjaga, BI telah mewajibkan dunia usaha yang memiliki utang untuk melakukan lindung nilai. "Selain itu, BI juga akan terus menjaga pasar. Mudah-mudahan penguatan yang terjadi sekarang stabilitasn ya terus terjaga," katanya.
Pada perdagangan di pasar spot sore ini, rupiah berada di level Rp14.795 per dolar AS. Posisi tersebut menguat 45 poin dibanding penutupan hari sebelumnya di level Rp14.840 per dolar AS.
(agt/agi)