Harga Minyak Mentah Melemah Dipicu Lesunya Pasar Wall Street

Tim | CNN Indonesia
Kamis, 11 Okt 2018 07:23 WIB
Harga minyak mentah dunia merosot sekitar 2 persen pada perdagangan Rabu (10/10), waktu AS, dipicu oleh pelemahan indeks pasar saham Wall Street di AS.
Ilustrasi pengiriman minyak mentah. (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean).
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak mentah dunia merosot sekitar 2 persen pada perdagangan Rabu (10/10), waktu Amerika Serikat (AS). Penurunan harga dipicu oleh pelemahan indeks pasar saham Wall Street di AS.

Dilansir dari Reuters, Kamis (10/11), harga minyak mentah berjangka Brent turun US$1,91 atau 2,3 persen menjadi US$83,09 per barel. Pada perdagangan Selasa (9/10) lalu, harga Brent naik 1,3 persen.

Pelemahan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) sebesar US$1,79 atau 2,4 persen menjadi US$73,17 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Harga minyak mentah berlanjut melemah pada perdagangan pasca penutupan (post-settlement), setelah Institut Perminyakan Amerika melaporkan kenaikan persediaan minyak mentah AS sebesar 9,7 juta barel menjadi 410,7 juta barel pada pekan lalu. Kenaikan tersebut sekitar empat kali lipat dari prediksi analis yang hanya sebesar 2,6 juta barel.


Harga minyak mentah AS turun seiring indeks Wall Street dan indeks S&P yang terjerembab dengan level penurunan harian terbesar sejak Februari 2018. Hal itu terjadi akibat penurunan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan kekhawatiran terhadap kebijakan perdagangan yang memicu aksi jual di pasar modal AS.

Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan risiko terhadap sistem keuangan global bertambah selama enam bulan terakhir. Hal ini bisa meningkat tajam jika tekanan terhadap pasar keuangan negara berkembang mengalami eskalasi dan hubungan perdagangan global semakin memburuk.

Pada Selasa (9/10) lalu, pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk 2018 dan 2019 oleh IMF dinilai menimbulkan risiko permintaan minyak ikut melemah.


Harga minyak turun, meski ada kekhawatiran gangguan pasokan akibat Badan Michael yang bergerak menuju Florida. Biro Penegakan Keselamatan dan Lingkungan AS menyatakan produsen minyak AS telah memangkas produksi harian sekitar 42 persen atau 71.877 barel per hari akibat badai tersebut.

"Masa muram diperkirakan hanya akan terjadi sebentar dan produksi Teluk Meksiko porsinya relatif kecil terhadap total produksi AS," ujar Presiden Ritterbusch and Associates Jim Ritterbusch dalam catatannya.

Kekhawatiran terhadap gangguan pasokan di Timur Tengah juga memberikan dukungan terhadap harga.

Data pengiriman kapal tanker dan sumber Reuters menyatakan ekspor minyak mentah Iran merosot lebih dalam di awal Oktober. Hal itu mengingat pembeli minyak Iran mulai mencari alternatif minyak mentah dari negara lain, sebelum sanksi minyak AS terhadap Iran berlaku 4 November 2018.

Berdasarkan keterangan sumber Reuters, eksportir minyak mentah terbesar dunia Arab Saudi bakal memasok kebutuhan minyak India dengan tambahan 4 juta barel pada November 2018. India merupakan salah satu konsumen terbesar minyak Iran, di bawah China.


Beberapa perusahaan trading minyak besar memperkirakan sanksi minyak AS terhadap Iran bakal menjaga harga minyak Iran tetap di level tinggi, di atas S$65 per barel dan kemungkinan akan menembus US$100 per barel dalam jangka menengah.

Lebih lanjut, berdasarkan laporan proyeksi bulanan Badan Administrasi Informasi AS (EIA), produksi minyak mentah AS bakal menanjak 1,39 juta barel per hari (bph) menjadi 10,74 juta bph. (sfr/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER