Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (
BI) memproyeksi
pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) turun menjadi dua persen pada tahun ini akibat penutupan pemerintahan (
government shutdown).
Penutupan pemerintahan ini terjadi karena Presiden AS Donald Trump meminta anggaran lebih sekitar US$5 miliar yang akan digunakan untuk membangun tembok perbatasan dengan Meksiko. Sayangnya, hal itu belum mendapatkan persetujuan di parlemen, sehingga penutupan pemerintahan terjadi sejak 22 Desember 2018.
"Dampaknya tentu tidak ada stimulus fiskal ini akan menyebabkan geliat ekonomi AS tidak setinggi sebelumnya," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (2/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dampak lainnya, kepercayaan pelaku pasar juga turun terhadap kinerja ekonomi AS ke depannya. Tak heran, sejumlah saham AS terkoreksi beberapa waktu terakhir.
"Makanya, terjadi koreksi di harga saham, yang kemudian memberikan dampak terhadap keuangan AS," jelasnya.
Bursa saham Wall Street memang terlihat sempat anjlok pada 24 Desember 2018 lalu. Bahkan, tiga indeks utamanya terkoreksi lebih dari dua persen.
Namun, pada perdagangan terakhir tahun lalu bursa saham Wall Street sudah membaik. Bila dirinci, Dow Jones naik 1,15 persen, S&P500 naik 0,85 persen, dan Nasdaq Composite naik 0,77 persen.
Selain itu, ancaman ekonomi AS juga datang dari perang dagang yang kini masih terjadi antara AS dengan China. Jika ini terus terjadi, maka dampaknya juga terasa terhadap ekonomi global.
"Ekonomi AS dan China akan lebih rendah kalau ketegangan terus terjadi. Semoga itu tidak memperburuk situasi dan keuangan global," tandas Perry.
(aud/bir)