ESDM Ramal Penurunan Ekonomi Bakal Tekan Harga Batu Bara

CNN Indonesia
Senin, 21 Jan 2019 15:59 WIB
Kementerian ESDM memperkirakan perlambatan ekonomi China akan mengurangi permintaan batu bara sehingga harga komoditas emas hitam tersebut akan tertekan.
Ilustrasi. (bycfotografem/Pixabay).
Jakarta, CNN Indonesia -- Direktorat Jenderal Mineral dan Batu bara (Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengantisipasi pelemahan harga batu bara tahun ini jika perlambatan ekonomi China terus berlanjut. Maklum, perlambatan ekonomi China sebagai konsumen batu bara terbesar dipastikan akan menekan permintaan komoditas emas hitam tersebut.

Sebelumnya, Biro Statistik Nasional China hari ini merilis pertumbuhan ekonomi China tahun lalu hanya 6,6 persen. Pertumbuhan tersebut melambat dari realisasi tahun sebelumnya yang sebesar 6,8 persen.

"Kalau (pertumbuhan ekonomi) lambat ya permintaannya kecil, kebutuhan batu bara kecil sehingga bisa membuat harga batu bara melemah," ujar Direktur Jenderal Mineral Batu bara Bambang Gatot Ariyono kepada CNNIndonesia.com di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) , Senin (21/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan Bambang telah terkonfirmasi dari Harga Batu bara Acuan (HBA) yang kian melandai sejak enam bulan terakhir. Pada Januari 2019 ini, Kementerian ESDM menetapkan HBA US$92,41 per ton atau turun tipis dari HBA Desember 2018 yang sebesar US$92,51 per ton.


Salah satu penyebabnya pelemahan harga adalah pembatasan impor batu bara yang dilakukan oleh China. Direktur Penerimaan Minerba Kementerian ESDM Jonson Pakpahan mengungkapkan sekitar 75 persen penerimaan negara bukan pajak (PNBP) minerba berasal dari batu bara. Karenanya, jika harga batu bara turun penerimaan negara juga bisa tergerus.

Jonson mengungkapkan Kementerian ESDM belum memasukkan faktor realisasi perlambatan ekonomi China dalam penetapan target PNBP minerba tahun ini. Sebagai catatan, Kementerian ESDM memasang target PNBP tahun ini berkisar Rp40 triliun dengan mempertimbangkan harga pasar dan jumlah produksi.

Angka itu lebih rendah dari realisasi tahun lalu yang menembus Rp50 triliun. "Kalau terjadi pelambatan di sana (China) kami lihat nanti pengaruhnya terhadap permintaan ekspor kita," ujarnya.

Ketua Indonesia Mining Institute (IMI) Irwandy Arif memperkirakan rata - rata harga batu bara tahun ini akan berada di kisaran US$70 hingga US$90 per ton. Sementara, untuk lima tahun ke depan rata-rata harga batu bara akan bergerak di kisaran US$60 - US$80 per ton.


Salah satu pendorongnya adalah pembatasan impor batu bara China seiring perlambatan ekonomi serta isu perang dagang antara AS-China.

"Ini terutama karena penawaran dan permintaan. Untuk Indonesia, yang paling berpengaruh adalah konsumen pengimpor dari Asia di mana dua yang paling dominan adalah China dan India," ujarnya.

Untuk menghadapi pelemahan harga batu bara, upaya hilirisasi bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah. Misalnya, hilirisasi batu bara menjadi bahan bakar gas maupun avtur.

(sfr/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER