
Ombudsman Minta Pemerintah Cermat Putuskan Ekspor Beras
CNN Indonesia | Senin, 04/02/2019 22:14 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Ombudsman Republik Indonesia mengingatkan pemerintah dan Bulog tidak terburu-buru mengekspor beras. Hal ini disampaikan Komisioner Ombudsman Alamsyah Saragih di kantornya, Senin (4/2).
Menurut Alamsyah pemerintah harus tetap berhati-hati meski beras di gudang Bulog sudah 2,1 juta ton. Pasalnya, tahun ini pemerintah tengah menambah kuota alokasi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Penambahan kuota, otomatis akan membuat stok beras Bulog terganggu apabila pemerintah memaksakan diri untuk ekspor beras.
"Tapi di 2019, kemungkinan besar beras Bulog yang digunakan untuk rastra itu semakin berkurang karena pemerintah akan menerapkan 80 persen (untuk BPNT). Kalau sekarang 55,3 persen maka diperkirakan akan berkurang," ujar Alamsyah.
Ia melanjutkan dalam proses ekspor biasanya negara importir akan meminta beras dengan kualitas bagus. Alhasil, jika melakukan ekspor kualitas beras yang bagus di pasaran akan berkurang.
Kalau dipaksakan, kebijakan tersebut dikhawatirkan justru akan berimbas pada meningkatnya harga beras.
Hal itu, lanjut Alamsyah juga akan berdampak pada operasi pasar yang dilakukan pemerintah. Stok beras berkualitas akan berkurang apabila pemerintah memutuskan untuk ekspor.
"Di dalam nanti sisa stok dan stoknya tidak terlalu bagus maka ketika operasi pasar nanti tidak efektif jadi harga tidak bisa ditekan turun karena kan kualitasnya beras harus bagus," ujar dia.
Untuk itu, Alamsyah meminta pemerintah untuk segera membentuk kerangka kebijakan sisa cadangan beras. Kerangka kebijakan diperlukan untuk memperbaiki manajemen stok sebelum memutuskan mengambil langkah ekspor beras.
Pihaknya juga meminta pemerintah untuk mengklasifikasi dan mengutamakan pemanfaatan stok beras berkualitas untuk dalam negeri. Hal itu agar operasi pasar efektif mengatasi kenaikan harga akibat penerapan BPNT 80 persen.
"Kalau ekspor bagus tapi di dalam kelabakan menekan harga, tentu tidak bagus," ujarnya.
(sah/agt)
Menurut Alamsyah pemerintah harus tetap berhati-hati meski beras di gudang Bulog sudah 2,1 juta ton. Pasalnya, tahun ini pemerintah tengah menambah kuota alokasi Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
Penambahan kuota, otomatis akan membuat stok beras Bulog terganggu apabila pemerintah memaksakan diri untuk ekspor beras.
"Tapi di 2019, kemungkinan besar beras Bulog yang digunakan untuk rastra itu semakin berkurang karena pemerintah akan menerapkan 80 persen (untuk BPNT). Kalau sekarang 55,3 persen maka diperkirakan akan berkurang," ujar Alamsyah.
Ia melanjutkan dalam proses ekspor biasanya negara importir akan meminta beras dengan kualitas bagus. Alhasil, jika melakukan ekspor kualitas beras yang bagus di pasaran akan berkurang.
Kalau dipaksakan, kebijakan tersebut dikhawatirkan justru akan berimbas pada meningkatnya harga beras.
Hal itu, lanjut Alamsyah juga akan berdampak pada operasi pasar yang dilakukan pemerintah. Stok beras berkualitas akan berkurang apabila pemerintah memutuskan untuk ekspor.
"Di dalam nanti sisa stok dan stoknya tidak terlalu bagus maka ketika operasi pasar nanti tidak efektif jadi harga tidak bisa ditekan turun karena kan kualitasnya beras harus bagus," ujar dia.
Untuk itu, Alamsyah meminta pemerintah untuk segera membentuk kerangka kebijakan sisa cadangan beras. Kerangka kebijakan diperlukan untuk memperbaiki manajemen stok sebelum memutuskan mengambil langkah ekspor beras.
Pihaknya juga meminta pemerintah untuk mengklasifikasi dan mengutamakan pemanfaatan stok beras berkualitas untuk dalam negeri. Hal itu agar operasi pasar efektif mengatasi kenaikan harga akibat penerapan BPNT 80 persen.
"Kalau ekspor bagus tapi di dalam kelabakan menekan harga, tentu tidak bagus," ujarnya.
ARTIKEL TERKAIT

Tahun Politik, Ombudsman Minta Masyarakat Awasi Impor Pangan
Ekonomi 10 bulan yang lalu
Harga Mayoritas Pangan Turun, Kecuali Gula dan Minyak Goreng
Ekonomi 10 bulan yang lalu
Ombudsman Tagih Kajian Imbas Kerugian PP Transaksi Elektronik
Ekonomi 10 bulan yang lalu
BPS: Harga Beras Eceran Naik 1,1 Persen
Ekonomi 10 bulan yang lalu
Persetujuan Impor Jagung 150 Ribu Ton Sampai Juli 2019
Ekonomi 10 bulan yang lalu
Tak Impor, Bulog Malah Diminta Serap Panen Jagung Lokal
Ekonomi 10 bulan yang lalu
BACA JUGA

Pakai Teknologi Nuklir, Beras Lebih Pulen dan Cepat Panen
Teknologi • 06 December 2019 06:54
Survei Kepatuhan Ombudsman, Banyak Pemda Dapat Rapor Merah
Nasional • 27 November 2019 13:37
DPR Minta Pengawasan Seleksi CPNS Diperketat
Nasional • 27 November 2019 01:55
Diskriminasi di CPNS, Wanita Hamil dan LGBT Tak Bisa Daftar
Nasional • 21 November 2019 07:33
TERPOPULER

Tanggapi Soal Avtur, Luhut Ajak Swasta Masuk Indonesia Timur
Ekonomi • 3 jam yang lalu
Menkeu Era SBY Sebut Rupiah Akan Bergejolak Pada 2021
Ekonomi 10 jam yang lalu
Penerimaan Pajak Tumbuh Kian Jomplang Dibanding 2018
Ekonomi 9 jam yang lalu