Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Darmin Nasution menyebut ada ruang bagi
BI menurunkan tingkat suku bunga acuan tahun ini. Ruang muncul karena bank sentral Amerika Serikat (AS),
The Federal Reserve menyatakan tidak agresif lagi menaikkan tingkat bunga acuannya sebagaimana mereka lakukan pada 2018 lalu.
"Dia (BI) akan menyesuaikan itu nanti, lihat saja. Tenang saja. Semuanya tidak
fix. Dia (BI) juga akan menyesuaikan," ucapnya di Istana Negara, Rabu (6/2).
Selain itu, ruang penguatan juga datang dari penguatan nilai tukar rupiah. Saat ini, rupiah ada di kisaran Rp13.900 per dolar AS. Sayang, ia enggan merinci sekiranya berapa besar potensi penurunan bunga dan kapan hal itu akan terjadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang walaupun belum kembali ke posisi awal tahun lalu sebelum gonjang-ganjing terjadi, tapi sudah bergerak ke arah kisaran Rp13 ribu per dolar AS," ungkapnya.
Lebih lanjut Darmin menilai dengan adanya potensi penurunan tingkat bunga acuan BI, maka dampak era bunga mahal terhadap pertumbuhan ekonomi tidak akan besar. Sebab, kenaikan bunga acuan BI yang belum sepenuhnya diikuti para perbankan dengan menaikkan bunga kredit, bisa membuat kenaikan bunga kredit sedikit tertahan.
Sepanjang 2018, BI mengerek bunga sebanyak enam kali mencapai 175 basis poin (bps) dari 4,25 persen menjadi 6 persen. Bank sentral nasional menaikkan bunga acuan sejalan dengan keagresifan The Fed yang mengerek bunga sebanyak empat kali.
Sementara data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), kenaikan bunga acuan BI setidaknya sudah mengerek bunga deposito bank mencapai 88 bps untuk simpanan berdenominasi rupiah dan 66 bps untuk valuta asing (valas) sepanjang tahun lalu.
(uli/agt)