Jakarta, CNN Indonesia -- PT
Adhi Karya (Persero) Tbk mengatakan pembangunan jalur
kereta layang atau
loop line Jakarta ditargetkan bisa dimulai pada 2020. Adhi Karya bersama anggota konsorsium pemrakarsa pembangunan prasarana
loop line lainnya tengah mengerjakan pra studi kelayakan atau
feasibility study (FS) proyek tersebut.
Selain Adhi Karya, dua perusahaan yang tergabung dalam konsorsium pemrakarsa pembangunan prasarana loop line Jakarta yakni, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk.
Direktur Utama Adhi Karya Budi Harto mengatakan pembangunan
loop line Jakarta diyakini bisa meningkatkan kapasitas angkut moda transportasi kereta di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang (kapasitas) 1,2 juta penumpang per hari diharapkan dengan adanya
loop line itu di arah radial bisa meningkat jadi 2 juta penumpang (per hari)," katanya, Kamis (9/5).
Direktur Operasi II Adhi Karya Pundjung Setya Brata menambahkan proses pra FS jalur kereta layang diprediksi akan selesai pada Juni 2019, sekaligus konsorsium menyerahkan hasilnya kepada pemerintah. Jika pra FS mendapat lampu hijau, maka konsorsium akan lanjut kepada tahapan FS selama kurang lebih enam bulan. Selanjutnya, konsorsium mulai melakukan tender atas proyek
loop line Jakarta.
"Mulai konstruksi setelah tender, tahun 2020. Saya pikir karena banyak hal yang harus kami selesaikan termasuk proses integrasi dengan PT KAI dan Pemprov DKI," tuturnya.
Ia menuturkan proyek ini akan menelan investasi sebesar Rp15 triliun-Rp20 triliun dengan lama pembangunan prasarana sekitar tiga hingga empat tahun. Pembangunan jalur kereta layang ini diusulkan menggunakan skema kerja sama antara pemerintah dan badan usaha (KPBU).
Secara umum,
loop line akan dibuat dengan konstruksi melayang sepanjang 22 kilometer (Km). Rencananya, trase jalur l
oop line akan mencakup Tanah Abang-Roxy-Duri-Angke-Kota-Kampung Bandan-Gunung Sahari-Rajawali-Kemayoran-Pramuka-Jatinegara-Menteng-Manggarai.
Namun demikian, ia belum memastikan sarana kereta yang akan digunakan untuk ini, baik jenis kereta api ringan atau
Light Rail Transit (LRT) maupun kereta Moda Raya Tepradu (MRT). Nantinya, sarana kereta api akan disesuaikan dengan jumlah penumpang.
"Kalau
demand (permintaan) di atas 500 ribu per hari kami akan lari ke MRT. Kalau
demand sekitar 100-400 ribu, maka (kereta) LRT akan tepat," jelasnya.
Untuk menyambungkan seluruh rute, jalur kereta layang atau loop line akan dilengkapi dengan 23 stasiun. Seluruh stasiun itu merupakan stasiun baru, hanya saja beberapa di antaranya akan berdekatan dengan stasiun Kereta Rel Listrik (KRL).
[Gambas:Video CNN] (sfr/agi)