KPPU Sulit Temukan Bukti Indikasi Kartel Tiket Pesawat

CNN Indonesia
Kamis, 20 Jun 2019 09:05 WIB
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) kesulitan menemukan bukti indikasi kartel tiket pesawat. Kesulitan dialami karena keterbatasan kewenangan.
Ilustrasi tiket pesawat. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Jakarta, CNN Indonesia -- Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan kesulitan dalam menemukan bukti untuk mengungkap dugaan terjadinya kartel yang dilakukan oleh maskapai penerbangan dalam penentuan tarif tiket pesawat

Wakil Ketua KPPU Ukay Karyadi mengatakan kesulitan disebabkan oleh keterbatasan kewenangan yang dimiliki lembaganya. Sebagai wasit persaingan usaha, KPPU tidak memiliki kewenangan menggeledah, mencekal maupun menyadap.

Keterbatasan tersebut membuat lembaganya kesulitan mengungkap apakah kenaikan harga tiket pesawat yang dilakukan bersama-sama oleh sejumlah maskapai sejak akhir 2018 lalu memang dilakukan karena adanya permufakatan jahat atau tidak.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"KPPU kan memiliki keterbatasan aturan dalam mencari dan mengumpulkan alat bukti. Kami tidak punya kewenangan menggeledah, menahan, mencekal, menyadap apalagi. Kalau kewenangan itu ada, tentu itu memudahkan," katanya di Gedung DPR, Selasa (19/6).


Ukay mengatakan kesulitan tersebut berpotensi mengganggu  proses pemberkasan. Padahal, saat ini proses pemberkasan dugaan perkara kartel harga tiket pesawat tersebut sudah memasuki tahap final.

"Kalau tidak cukup alat buktinya, akan sulit masuk ke pemberkasan," katanya.

Harga tiket pesawat sejumlah maskapai naik serentak sejak akhir 2018 lalu. KPPU mensinyalir kenaikan serentak tersebut terjadi akibat persaingan usaha tak sehat yang dilakukan sejumlah maskapai di dalam negeri. 

Ketua KPPU Kurnia Toha mengatakan untuk mengungkap kebenaran dugaan tersebut, pihaknya beberapa waktu lalu sudah memanggil pihak yang terkait dengan industri penerbangan, di antaranya Kementerian Perhubungan, Garuda Indonesia, dan Lion Air.

[Gambas:Video CNN]
(glh/agt)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER