Diserang Jamur, Produksi Karet Nasional 2019 Turun 15 Persen

CNN Indonesia
Rabu, 24 Jul 2019 23:11 WIB
Kementerian Pertanian memperkirakan jumlah produksi karet nasional akan turun sekitar 15 persen pada 2019 dari realisasi produksi tahun sebelumnya.
Ilustrasi produksi karet. (Aditya Pradana Putra).
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan jumlah produksi karet nasional akan turun sekitar 15 persen pada 2019 dari realisasi produksi tahun sebelumnya. Pemicu utama berasal dari serangan penyakit gugur daun karet yang disebabkan oleh jamur pestalotiopsi.

Pada 2018, produksi karet domestik mencapai 3,76 juta ton. Artinya, tahun ini potensi produksi hanya sebanyak 3,19 juta ton.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Kasdi Subagyono mengatakan proyeksi penurunan jumlah produksi berasal dari total luasan lahan yang terdampak penyakit jamur. Ia mencatat setidaknya ada 381.900 hektare lahan yang terpapar penyakit itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lahan yang terkena jamur tersebar di enam wilayah perkebunan, yaitu Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Selatan. Paparan jamur terjadi sekitar periode Januari-Maret 2019.


"Ini masih bisa menyebar lebih luas, kalau terjadi penyebaran diperkirakan turun 15 persen," ungkap Kasdi di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Rabu (24/7).

Meski begitu, menurut Kasdi, pemerintah tengah berusaha meminimalisir dampak nurunan produksi dengan melakukan kebijakan proteksi. Caranya, dengan melakukan penyemprotan cairan kimia untuk mematikan jamur.

Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan pupuk untuk menguatkan pohon karet. "Maka paling tidak bisa berkurang dampak dari penyakitnya. Siapa tahu bisa 80 persen dikurangi," ujarnya.


Di sisi lain, Kasdi mengatakan penyakit jamur memang kerap menyerang karet pada musim kering. Namun, dampak serangan biasanya tidak serempak langsung terlihat karena ada perbedaan musim di masing-masing daerah. (uli/lav)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER