Jakarta, CNN Indonesia --
Investor asing masih mendominasi kepemilikan ekuitas di pasar modal Indonesia. Namun, porsinya kian menciut oleh meningkatkan peran investor domestik.
Berdasarkan nilai efek yang tersimpan di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), per 9 Agustus 2019, investor asing menggenggam sebesar Rp1.907 triliun setara 51,46 persen dari total ekuitas. Sementara, porsi investor domestik tercatat Rp1.799 triliun atau setara 48,54 persen. Direktur KSEI Alec Syafruddin mengatakan meski masih dominan, porsi asing turun dibandingkan posisi akhir tahun 2018. Pada 28 Desember 2018 lalu, asing terpantau menggenggam Rp1.857 triliun setara 52,17 persen ekuitas. Sementara domestik mengempit Rp1.703 triliun, setara 47,83 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Angka 51 persen (kepemilikan) asing ini sudah lebih kecil dibanding beberapa tahun lalu yang masih di atas 60 persen," katanya kepada CNNIndonesia.com, Senin (12/8).
Ia menuturkan dominasi asing di pasar memberikan konsekuensi untung rugi bagi pasar modal. Salah satu kerugiannya adalah jika porsi asing terlalu besar, pasar modal akan jatuh ketika mereka memutuskan beramai-ramai melarikan dananya ke luar.
Namun, lanjutnya, kejatuhan pasar tak semata-mata dipengaruhi oleh investor asing. Pasalnya, kinerja perusahaan-perusahaan tercatat di bursa juga tidak lepas dari pengaruh global. "Jadi kalau global terguncang ya pasar domestik tetap bisa jatuh juga karena prinsip supply dan demand (permintaan dan penawaran). Kalau banyak yang jual, baik lokal atau asing, dibandingkan yang beli ya harga turun," paparnya. Di sisi lain, meski dominan dari sisi kepemilikan, ternyata jumlah investor asing jauh sedikit dari investor lokal. Menurut dia, kebanyakan investor asing merupakan investor institusi.
"Jadi transaksinya besar, ini bagus untuk likuiditas pasar," katanya. Ia menuturkan KSEI bersama Self Regulatory Organization (SRO) yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) terus meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat guna meningkatkan investor domestik. Namun ia berharap investor individu domestik tidak hanya sekedar banyak, tetapi juga memiliki bekal pengetahuan transaksi di pasar modal yang cukup. "Tanpa dibekali pengetahuan yang cukup ya nantinya hanya ikut-ikutan saja. Ikut ramai-ramai menjual saham ketika asing jual, ikut terbawa goreng-goreng saham dan sebagainya," katanya. [Gambas:Video CNN]Selain itu, salah satu cara memperkuat kepemilikan domestik adalah dengan meningkatkan porsi investor institusi, misalnya asuransi, dana pensiun, atau reksadana. Karenanya ia mendorong investor pemula untuk investasi di reksadana. Sejalan dengan itu, SRO dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyiapkan infrastruktur untuk industri reksadana yang lebih baik.Sebagai catatan, Single Investor Identification (SID) hingga 9 Agustus 2019 mencapai 2.389.690 SID. Rinciannya SID saham sebanyak 995.256 SID dan reksadana sebanyak 1.394.434 SID.
(ulf/sfr)