Jakarta, CNN Indonesia --
Indonesia tengah mengkaji untuk menaikkan tarif bea masuk produk susu Uni Eropa. Hal itu dilakukan sebagai balasan atas pengenaan bea masuk anti subsidi (BMAS) terhadap impor biodiesel asal Indonesia yang dilakukan Uni Eropa.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan untuk melakukan balasan tersebut pemerintah saat ini tengah meneliti dugaan pemberian subsidi yang dilakukan oleh Uni Eropa kepada petani mereka agar susu mereka lebih murah di pasar global.
Indonesia menduga Uni Eropa menerapkan kebijakan tersebut ke petani mereka. Tudingan yang sama diarahkan Uni Eropa terhadap produk biodiesel Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Produk susu itu kan menyangkut peternak kecil mereka (Uni Eropa), sama juga dengan kita petani (petani kecil)," ujar Enggartiasto di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Jumat (16/8).
Ia mengatakan butuh waktu empat bulan untuk meneliti kebenaran dan mencari bukti soal kebijakan subsidi yang dilakukan oleh Uni Eropa kepada peternak mereka. Ia berharap penelitian yang dilakukan nantinya berhasil mendapatkan bukti tersebut.
Pasalnya, pemberian subsidi tersebut juga merugikan pengusaha di Indonesia karena kebijakan tersebut membuat produk dalam negeri sulit bersaing dengan susu Uni Eropa. Selain rencana menaikkan tarif tersebut, agar serangan balasan yang dilakukan Indonesia Uni Eropa berhasil, pihaknya juga meminta importir produk susu dalam negeri untuk meninggalkan produk dari Uni Eropa.
Bila perlu katanya, pemerintah akan memfasilitasi importir untuk mendapatkan susu dari negara lain.
[Gambas:Video CNN]"Saya sudah meminta untuk para importir produk susu dari Uni Eropa untuk mencari sumber lain seperti Amerika, Australia, dan Selandia Baru," ujarnya.
Sebagai informasi, Komisi Uni Eropa mulai mengenakan BMAS sebesar 8 - 18 persen terhadap impor biodiesel asal Indonesia sejak Rabu (14/8) lalu.Kebijakan itu bertujuan untuk mengembalikan tingkat kesetaraan di pasar dengan produsen asal UE.
"Bea impor baru dikenakan sementara waktu, sejalan dengan kelanjutan penyelidikan hingga akhirnya diterapkan langkah-langkah definitif pada pertengahan Desember 2019," kata eksekutif UE dikutip dari Reuters, Selasa (13/8), lalu.
(sfr/agt)