Jakarta, CNN Indonesia -- PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGN) berencana mengerek harga
gas untuk
konsumen industri bulan depan. Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama menyatakan kenaikan dilakukan karena perusahaan sudah tak pernah menaikkan harga gas sejak 2013 lalu.
Padahal, biaya pengadaan gas, biaya operasional, dan kurs dolar Amerika Serikat (AS) terus meningkat.
"Dengan beban biaya yang terus meningkat tentu ruang bagi PGN untuk mengembangkan infrastruktur gas bumi menjadi semakin terbatas. Sementara, banyak sentra-sentra industri baru, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur yang belum terjamah gas bumi," seperti dikutip dari pernyataan resminya, Jumat (27/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan bahwa rencana penyesuaian harga gas bumi sudah dikaji secara matang. Rachmat mengklaim pihaknya juga sudah mempertimbangkan kemampuan industri.
Diketahui, PGN menjual gas ke konsumen berkisar US$8-US$10 per MMBTU. Pembentukan harga gas biasanya juga mengacu pada harga gas di sumur dan gas alam cair (
Liquefied Natural Gas/LNG). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
menyatakan harga gas bagi industri sebenarnya berpotensi turun.
Potensi muncul seiring penurunan harga gas di sektor hulu yang bisa terjadi dalam waktu dekat. Peluang penurunan muncul seiring potensi penghematan pengembalian biaya operasional hulu migas yang dibayarkan pemerintah (
cost recovery) tahun ini hingga 2020 mendatang. Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar mengungkapkan
cost recovery tahun lalu bisa hemat sebesar US$900 juta.
Sementara,
cost recovery yang dibayarkan tahun ini diprediksi bisa dihemat sebesar US$1,66 miliar.
"Untuk tahun ini
cost recovery (lebih hemat) karena (kontraktor) sudah mulai masuk ke
gross split pada 2018 dan seterusnya. Insya Allah tahun depan hemat
cost recovery US$1,78 miliar dolar," ungkap Arcandra, Jumat (27/9).
[Gambas:Video CNN]Kendati diramalkan ada penghematan dari sisi
cost recovery, Arcandra tetap memerintahkan pelaku usaha di sektor hulu untuk terus melakukan efisiensi demi menjaga harga gas agar tetap kompetitif.
"Dengan adanya penghematan-penghematan ini maka harga hulu baik gas dan minyak bisa kompetitif," katanya.
Sejauh ini, sambungnya, harga gas hulu sudah turun di beberapa tempat. Misalnya, Pipa Aru-Belawan yang diklaim Arcandra sudah turun sebesar US$1 per MMBTU, Jambaran-Tiung Biru lebih dari US$1 per MMBTU, Benoa sebesar US$2 per MMBTU.
"Dari tiga contoh ini apakah pemerintah peduli tidak dengan harga gas kompetitif? Iya. Ini baru tiga contoh, banyak yang lain," jelas Arcandra.
(aud/agt)