Jakarta, CNN Indonesia --
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) tengah menyelesaikan proses pembentukan anak usaha, yaitu PT Jiwasraya Putra. Kehadiran PT Jiwasraya Putra bertujuan mengatasi tekanan likuiditas yang tengah menjerat perusahaan asuransi pelat merah tersebut.
Mulanya, pada Oktober 2018, Jiwasraya menunda pembayaran klaim produk saving plan yang dijual melalui tujuh bank mitra (bancassurance). Perseroan mengklaim nilai total pembayaran klaim yang tertunda sebesar Rp802 miliar sampai 10 Oktober 2018.
Rencana pembentukan anak usaha pertama kali dilontarkan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno pada Januari 2019. Melalui lini bisnis baru, perseroan diharapkan bisa mendapatkan alternatif sumber pendapatan sehingga membantu penguatan kondisi keuangan perseroan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Utama Jiwasraya Hexana Tri Sasongko mengamini pernyataan Rini tersebut. Ia menuturkan Jiwasraya akan menggandeng BUMN lain dalam pembentukan anak perusahaan tersebut.
Di sisi lain, Deputi Jasa Keuangan, Survei, dan Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo mengatakan anak usaha tersebut ditargetkan terbentuk pada Juni 2019. Namun demikian, Jiwasraya Putra belum kunjung terealisasi hingga waktu yang ditargetkan tersebut.
Baru pada September 2019, Jiwasraya mulai merealisasikan pembentukan anak usaha tersebut. Jiwasraya menandatangani corporate cooperation agreement dengan empat BUMN lain, meliputi PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Pegadaian (Persero), dan PT Telekomunikasi Selular (Persero) atau Telkomsel.
Hexana mengatakan tanda tangan corporate cooperation agreement menandai komitmen empat BUMN dalam patungan pembentukan anak usaha.
Namun, Jiwasaraya Putra belum bisa beroperasi."Target operasional paling lambat pada Januari 2020," katanya kepada CNNIndonesia.com, belum lama ini.
Sementara itu, Gatot bilang Jiwasraya akan menjadi pemegang saham mayoritas sebesar 64 persen. Sisanya akan disebar kepada empat BUMN lain. Rinciannya BTN sebesar 20 persen, Telkomsel 13 persen, sisanya sebesar 3 persen akan dibagi kepada KAI dan Pegadaian.
"Kami sudah mempertimbangkan semua produk yang ada ke depan, apa saja yang akan dikeluarkan," katanya.
Rencananya, Jiwasaraya Putra juga akan bergerak di bidang asuransi. Jiwasraya Putra akan memasarkan produk asuransi dengan memanfaatkan basis konsumen dan jaringan distribusi dari empat BUMN lainnya.
Gatot memastikan seluruh produk Jiwasraya bakal dijual melalui anak usahanya tersebut. Pengamat asuransi Hotbonar Sinaga menilai pembentukan anak usaha adalah ide bagus untuk memperbaiki kondisi likuiditas perseroan.
Namun, eksekusi ide bergantung kepada sosok pucuk pimpinan Jiwasraya Putra kelak. Itu berarti, keberhasilan Jiwasraya Putra menyelesaikan masalah likuiditas Jiwasraya sangat ditentukan oleh pimpinan Jiwasraya Putra.
 (CNNIndonesia/Basith Subastian) |
Ia bilang direktur utama Jiwasraya Putra wajib betul-betul memahami industri asuransi. Kementerian BUMN, sambung dia, tak boleh asal pilih sosok yang akan mengisi kursi Direktur Utama.
Ia mengusulkan pimpinan Jiwasraya Putra bukan berasal dari kalangan bankir.
"CEO Jiwasaraya Putra harus senior dan berpengalaman sebagai direktur di asuransi jiwa. Minimal 30 tahun punya reputasi baik dan dikenal industri jasa keuangan," katanya kepada CNNIndonesia.com.
Ia memperkirakan keberhasilan bisnis Jiwasraya Putra membutuhkan waktu paling tidak 5-10 tahun karena bisnis asuransi bersifat jangka panjang. Di sisi lain, ia menilai keberhasilan Jiwasraya Putra juga bergantung kepada upaya Kementerian BUMN mendorong BUMN lainnya dalam mendukung bisnis Jiwasraya Putra.
"Tetapi, mereka juga harus hati-hati, jangan sampai terima getah. Harus dikaji apa
benefit (manfaat) buat perusahaan mereka, jangan sampe merugikan," imbuhnya.
Senada, Pengamat Asuransi Herris Simanjuntak mengatakan pembentukan anak usaha bakal efektif jika sinergi dengan empat BUMN lainnya berhasil meningkatkan kinerja secara signifikan. Ia bilang Kementerian BUMN harus memaksimalkan upaya pemasaran produk Jiwasraya Putra melalui basis konsumen empat BUMN.
"Untuk itu dibutuhkan arahan dari pihak pemegang saham agar sinergi tersebut efektif sehingga bisa meningkatkan produksi premi dan hasil investasi yang pada gilirannya dapat mengatasi masalah likuiditas," tuturnya.
Namun, bukan berarti penjualan itu tanpa tantangan. Tantangan utama, sambung dia, berasal dari reputasi Jiwasraya yang tengah mengalami tekanan likuiditas. Terlebih kasus tersebut belum berhasil diuraikan hingga saat ini.
"Tugas pimpinan Jiwasraya dan Jiwasraya Putra untuk bisa mengatasi potensi masalah tersebut dan mengembalikan kepercayaan konsumen dan masyarakat," katanya.
[Gambas:Video CNN]
(ulf/agt)