Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (
Jokowi) menunjuk
Arifin Tasrif untuk menduduki kursi menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (
ESDM) dalam
Kabinet Indonesia Maju.
Pengamat energi Marwan Batubara menilai sosok Arifin memiliki kapabilitas yang cukup untuk memimpin Kementerian ESDM. Pasalnya, ia memiliki latar belakang sebagai direktur pada beberapa perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dengan pengalamannya itu, Marwan menilai Arifin memenuhi kualifikasi dari sisi manajemen, birokrasi, dan interaksi dengan berbagai kalangan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bagaimana dia ke depan? Dengan kualifikasi yang dimiliki itu saya hanya bisa berharap dia bisa melanjutkan kiprah dan menunjukkan dia memang tepat menduduki jabatan menteri itu. Jadi ini perlu pembuktian," katanya kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (23/10).
Marwan menuturkan Arifin dihadapkan dengan setumpuk pekerjaan rumah sektor energi. Ia harus menyelesaikan revisi Undang-undang Mineral dan Batu bara (Minerba) dan UU Minyak dan Gas (Migas) yang tak kunjung selesai.
Dalam hal ini, Marwan berharap sebagai nahkoda baru Arifin bisa bersikap bijak dengan memihak kepentingan negara dan rakyat.
"Kami harap Pak Arifin memihak kepada kepentingan orang banyak dan jangan mau kompromi dengan kontraktor yang sudah banyak menikmati hasil Sumber Daya Alam (SDA)," katanya.
Selain itu, Arifin juga akan bertanggung jawab terhadap pengembangan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen di 2025. EBT, sambungnya, menjadi tumpuan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia dengan energi fosil yang selama ini menjadi penyebab defisit neraca perdagangan.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca perdagangan migas naik 42 persen menjadi US$1,43 miliar secara bulanan pada September 2019.
Tak hanya itu, Arifin juga diminta memperbarui aturan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan elpiji sehingga tepat sasaran. Ia menilai pola subsidi dalam 2-3 tahun terakhir ini menekan kinerja PT Pertamina (Persero).
Di sisi lain, produksi siap jual (
lifting) migas kian merosot lebih dari 30 persen sejak 2013. Pada 2013, realisasi
lifting minyak tercatat sebesar 825 ribu barel per hari dan gas 1,25 juta barel per hari. Namun hingga 2018 kemarin,
lifting minyak hanya sebesar 778 ribu barel per hari dan gas 1,1 juta barel per hari.
Ia menilai penyebab turunnya
lifting migas lantaran berkurangnya kemampuan Pertamina mencari sumber baru.
"Sehingga Pertamina tidak bisa optimal mencari sumber minyak baru atau mengembangkan energi untuk tingkatkan ketahanan energi nasional," ucapnya.
Berbeda dengan Marwan, Pengamat Energi Mamit menuturkan kemunculan sosok Arifin sebagai Menteri ESDM cukup mengejutkan pemangku kepentingan (stakeholder) sektor energi. Pasalnya, nama mantan Duta Besar Indonesia untuk Jepang tidak terdapat dalam prediksi bursa Menteri ESDM.
Menurut dia, Arifin memiliki tantangan menggandeng stakeholder energi dalam negeri lantaran ia cukup lama tinggal di luar negeri. Namun demikian, ia berharap secara perlahan Arifin bisa merangkul para stakeholder energi.
"Harapan saya Pak Arifin bisa menumbuhkan sikap komunikasi antar lembaga, kepemimpinan di ESDM dan seluruh Kementerian dan Lembaga terkait," tuturnya.
Arifin sendiri menggantikan posisi Ignasius Jonan. Sebelum menjadi Duta Besar Indonesia untuk Jepang selama periode 2017-2019, ia menduduki berbagai posisi penting di perusahaan pelat merah.
Pada 1995 - 2001, ia menduduki posisi sebagai direktur bisnis PT Rekayasa Industri. Setelah itu, ia menjabat sebagai direktur Utama PT Petrokimia Gresik pada 2001-2010.
Karir Arifin terus menanjak hingga menduduki posisi direktur utama PT Pupuk Sriwidjaya (Persero) atau Pusri selama periode 2010-2015.
Di bawah kepemimpinannya, Pusri berganti nama menjadi PT Pupuk Indonesia Holding Company, induk usaha yang membawahi lima perusahaan pupuk pelat merah lainnya yaitu PT Pusri Palembang, PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT), PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang,dan PT Pupuk Iskandar Muda (PIM).
[Gambas:Video CNN] (ulf/sfr)