Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pusat Statistik (
BPS) mencatat tingkat
ketimpangan pengeluaran penduduk menyempit pada September 2019. Hal itu tercermin dari
rasio gini yang berada di posisi 0,38. Angka itu lebih kecil dari Maret 2019 dan September 2018 yang masing masing sebesar 0,382 dan 0,384.
Sebelumnya, ketimpangan yang lebar menandakan ketidakmerataan pengeluaran masyarakat. Semakin tinggi angka rasio gini, ketimpangan semakin melebar. Sebaliknya, semakin kecil angka rasio gini, ketimpangannya semakin kecil.
"Untuk menurunkan ketimpangan memang memerlukan upaya yang luar biasa dan biasanya pencapaian itu baru bisa dirasakan dalam beberapa tahun karena untuk menurunkan ketimpangan tidak bisa seketika," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers, Rabu (15/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di dalam menghitung rasio gini, BPS menggunakan standar yang digunakan Bank Dunia yakni membagi distribusi pengeluaran masyarakat dalam ketiga kelompok. Ketiga kelompok itu terdiri dari 40 persen masyarakat dengan pengeluaran rendah, 40 persen masyarakat pengeluaran menengah, dan 20 persen masyarakat pengeluaran tinggi.
Berdasarkan data BPS, 45,36 persen pengeluaran masyarakat Indonesia masih dilakukan oleh golongan 20 persen terkaya. Porsi tersebut turun dari sebelumnya 45,48 pada Maret 2019 lalu.
Selama Maret hingga September 2018, distribus pendapatan kian bergerak ke masyarakat golongan menengah. Tercatat, porsi kelompok 40 persen menengah naik dari 36,81 menjadi 36,93.
Sementara, pengeluaran golongan masyarakat tidak mampu atau 40 persen terbawah masih 17,71 persen dari total pengeluaran masyarakat.
"Distribusi pengeluaran 40 persen terbawah masih di atas 17 persen. Artinya, kalau mengikuti kriteria Bank Dunia, ketimpangan di Indonesia masih rendah," paparnya.
Kendati demikian, ketimpangan perkotaan masih lebih tinggi dibandingkan pedesaan. Tercatat, rasio gini perkotaan sebesar 0,391 atau lebih tinggi dibandingkan pedesaan 0,38.
"Kondisi ini terjadi hampir di semua negara. Kalau bicara ketimpangan, di kota pasti lebih tinggi dan ini kasat mata," tuturnya.
BPS juga mencatat rasio gini tertinggi masih berada di DI Yogyakarta sebesar 0,428. Kemudian disusul oleh Gorontalo sebesar 0,41 persen dan Jawa Barat sebesar 0,398 persen.
Adapun rasio gini terendah tercatat di Kepulauan Bangka Belitung 0,292, Kalimantan Utara 0,292, dan Sumatera Barat 0,307.
[Gambas:Video CNN] (sfr/agt)