Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah memastikan
Bali akan memiliki moda transportasi
kereta cepat ringan (
Light Rapid Transit/LRT) dalam 1,5 hingga 2 tahun ke depan. Pembangunan proyek akan melibatkan investor asal Korea Selatan Korea Rail Network Authority (KRNA) dan organisasi Korea Overseas Infrastructure & Urban Development Corporation (KIND).
Kepastian diberikan setelah proyek PT Nindya Karya (Persero) dan kedua perusahaan asal Negeri Ginseng menandatangani nota kesepahaman pembangunan proyek itu pada Selasa (21/1).
Proyek yang menelan US$400 juta atau hampir Rp5 triliun tersebut akan dikerjakan seruas dengan jalan dari Kuta menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai sepanjang 4,75 kilometer (Km). Selain ketiga instansi, proyek ini juga merupakan hasil kerja sama dengan PT Angkasa Pura I (AP I).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami buat LRT di bawah tanah (
underground), Angkasa Pura mintanya jadi sentral, jemput semua penumpang untuk mengurangi
overcrowded atau kemacetan," jelas Direktur Utama PT Nindya Karya (Persero) Haedar A Karim di Jakarta, Selasa (21/1).
LRT diharapkan menjadi transportasi tunggal yang mengantar penumpang ke bandara Gusti Ngurah Rai. Nantinya, dua stasiun akan dikerjakan dengan model kerja sama secara bisnis.
Untuk diketahui, penandatanganan MoU ini adalah realisasi dari nota kesepahaman yang dijajaki oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dan KIND pada September 2019 lalu.
Deputi Kepala BKPM Ikmal Lukman mengatakan bahwa proyek LRT ini adalah satu dari banyak proyek yang akan ditawarkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) ke depannya.
Sebagai fasilitator, BKPM menargetkan realisasi investasi berkaitan dengan infrastruktur.
"Ke depan kami (BKPM) akan kawal, izin, lokasi, verifikasi nanti perannya BKPM," kata Ikmal.
[Gambas:Video CNN] (well/agt)