Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengingatkan dampak
virus corona terhadap kinerja ekspor dan impor, utamanya dengan China. Jika kinerja
ekspor dan
impor kedua negara terganggu, ancamannya kepada
neraca perdagangan.
"Ekspor kita ke China
share-nya 16,8 persen. Secara nilai, US$28 miliar, utamanya produk tambang dan CPO (minyak kelapa sawit mentah). Itu bisa berdampak pada neraca dagang kita," ujarnya, seperti dilansir
Antara, Kamis (13/2).
Menurut Susiwijono, saat ini, pemerintah masih menginventarisasi pasar-pasar tujuan ekspor lainnya selain China. Selain itu RI juga bisa memanfaatkan pasar ekspor China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Misalkan China menghentikan ekspornya ke negara lain, bisa tidak digantikan oleh kita. Selama ini, ekspor terbesarnya adalah barang-barang elektronik, mungkin industri kita belum bisa menggantikannya, tapi ada potensi lain, seperti fesyen," tutur dia.
Sementara, dari sisi impor, mayoritas barang modal dan bahan baku diperoleh dari China untuk industri manufaktur nasional. Meskipun, saat ini belum terasa dampaknya, namun pemerintah tetap menyiapkan langkah-langkah antisipasi agar industri manufaktur di dalam negeri tetap berjalan.
"Sementara ini masih jalan impor dari China, belum ada kendala. Tapi kita antisipasi bila ada perubahan. Bagaimana pemerintah menjaga pasokan dari China yang jumlahnya cukup besar. Misalnya dari negara lain atau mengoptimalkan dari dalam negeri," katanya.
Terkait sektor pariwisata yang diperkirakan juga terdampak virus corona, Susiwijono melanjutkan pemerintah menyiapkan strategi untuk mendorong wisatawan domestik melalui pemberian insentif harga tiket pesawat.
"Pemerintah akan mendorong konferensi-konferensi dan MICE (meeting, incentive, convention and exhibition) di sejumlah destinasi wisata. Kontribusi wisatawan MICE lebih besar dibandingkan wisatawan liburan," tandasnya.
[Gambas:Video CNN] (antara/bir)