Jakarta, CNN Indonesia -- Bank Indonesia (
BI) menyatakan telah menggunakan cadangan
devisa (cadev) sebesar US$7 miliar pada Maret 2020 untuk menstabilkan nilai tukar
rupiah yang sempat tertekan hebat akibat penyebaran virus corona. Maklum, rupiah pada bulan lalu sempat menyentuh Rp16.500 per dolar Amerika Serikat (AS).
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan pihaknya juga menggunakan cadev sebesar US$2 miliar untuk membayar utang pemerintah yang sudah jatuh tempo. Alhasil, cadev per akhir Maret tercatat sebesar US$121 miliar, turun US$9,4 miliar dari sebelumnya yang sebesar US$130,4 miliar.
"Cadev kami akui menurun untuk sebesar US$2 miliar bayar utang pemerintah yang jatuh tempo lalu US$7 miliar untuk stabilisasi rupiah," ucap Perry dalam video conference, Selasa (7/4).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, upaya stabilisasi rupiah khususnya dilakukan pada pekan kedua dan ketiga bulan lalu. Saat itu, banyak investor global yang menarik dananya dari Indonesia, sehingga rupiah tertekan.
"Pekan kedua dan ketiga di mana pada waktu itu ada kepanikan global yang kemudian mendorong investor global melepas saham dan obligasi. Lalu di situlah peran bank sentral untuk berada di pasar guna menstablilkan rupiah," jelas Pery.
Kendati cadev menurun, Perry menegaskan jumlahnya masih cukup untuk pembayaran utang jatuh tempo pemerintah, impor, dan melakukan intervensi demi menstabilkan rupiah. Ia bahkan optimistis cadev bisa kembali meningkat sejalan dengan mulai stabilnya nilai tukar rupiah beberapa hari terakhir.
"Rupiah hari ini menguat menjadi Rp16.125 per dolar AS, sehingga hari ini menguat 1,56 persen dibandingkan penutupan kemarin," kata Perry.
Sementara, Perry juga tak khawatir karena BI memiliki kerja sama dengan sejumlah bank sentral lain sebagai upaya pertahanan lapis kedua (
second line of defense) dalam memasok ketersediaan dolar di dalam negeri. Kerja sama itu salah satunye berbentuk bilateral swap dengan bank sentral China sebesar US$30 miliar, Jepang US$22,7 miliar, Singapura US$7 miliar, dan Korea Selatan US$10 miliar.
"Kami merasa cadev lebih dari cukup tapi kalau dibutuhkan lebih kami ada second line of defense yang bisa digunakan untuk menjaga stabilitas rupiah dan ekonomi," pungkas Perry.
(aud/agt)
[Gambas:Video CNN]