Jakarta, CNN Indonesia --
Bank Indonesia (BI) mencatat posisi
cadangan devisa RI sebesar US$121 miliar hingga akhir Maret 2020. Angka ini merosot US$9,4 miliar atau 7,2 persen dibandingkan posisi sebelumnya, US$130,4 miliar.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam keterangan resmi, Selasa (7/4).
Bank sentral, menurut dia, menilai cadangan devisa tersebut lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebutuhan untuk stabilisasi nilai tukar Rupiah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penurunan cadangan devisa bulan lalu dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah dan keperluan stabilisasi nilai tukar rupiah di tengah kepanikan di pasar keuangan global. Kondisi luar biasa itu dipicu oleh pandemi virus corona (covid-19) yang secara cepat dan meluas ke seluruh dunia.
"Kepanikan pasar keuangan global dimaksud telah mendorong aliran modal keluar Indonesia dan meningkatkan tekanan rupiah khususnya pada minggu kedua dan ketiga bulan Maret 2020," ujar Onny.
Berkoordinasi erat dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), BI melakukan upaya stabilisasi dan penguatan bauran kebijakan. Hal itu membuat kondisi pasar berangsur-angsur pulih dan mekanisme pasar kembali berjalan sejak minggu terakhir Maret 2020.
"Bank Indonesia memandang bahwa tingkat nilai tukar Rupiah dewasa ini relatif memadai dan secara fundamental
undervalued, dan diperkirakan akan bergerak stabil dan cenderung menguat ke arah Rp15.000 per dolar AS di akhir tahun 2020," jelas Onny.
Ke depan, BI akan terus menjaga kecukupan cadangan devisa guna mendukung ketahanan eksternal dan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
[Gambas:Video CNN] (sfr/age)