Maskapai AS Isyaratkan PHK, Meski Trump Beri Stimulus

CNN Indonesia
Senin, 20 Apr 2020 09:35 WIB
LOS ANGELES, CA - JANUARY 9: A Boeing 787 Dreamliner operated by United Airlines takes off at Los Angeles International Airport (LAX) on January 9, 2013 in Los Angeles, California. Two separate 787 jets operated by Japan Airlines (JAL) experienced mechanical problems in Boston this week. A fuel leak during takeoff forced one to return to the terminal the day after a fire erupted aboard a different Dreamliner parked at a gate shortly after landing.   David McNew/Getty Images/AFP
United Airlines mengisyaratkan untuk menempuh PHK mulai 1 Oktober 2020, meskipun Presiden AS Donald Trump sudah memberikan stimulus. (AFP/David McNew).
Jakarta, CNN Indonesia -- United Airlines, maskapai AS, mengisyaratkan menempuh langkah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan mulai 1 Oktober 2020. Rencana ini diumumkan perusahaan maskapai melalui surat yang dikirim CEO United Airlines Oscar Muniz, serta Direktur Utama United Airlines Scott Kirby kepada para karyawan.

Dikutip dari CNN.com, rencana ini merupakan dampak dari tekanan bisnis akibat penyebaran pandemi virus corona atau covid-19. Bahkan, pandemi corona juga meredupkan prospek ekonomi dan bisnis penerbangan ke depan.

"Prospek ekonomi yang menantang mengartikan bahwa kami memiliki beberapa keputusan sulit di depan dalam perencanaan maskapai kami dan secara keseluruhan tenaga kerja akan menjadi lebih kecil dari saat ini, mulai 1 Oktober," tulis manajemen maskapai dalam surat kepada para karyawan, dikutip Senin (20/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kebijakan ini baru dilakukan pada Oktober mendatang karena perusahaan tengah terikat janji dengan pemerintah AS untuk tidak melakukan PHK dalam enam bulan ke depan.

Hal ini merujuk pada syarat perusahaan yang menerima paket bantuan dari bank sentral AS, The Federal Reserve senilai US$5 miliar atau sekitar Rp77,5 triliun (asumsi kurs Rp15.500 per dolar AS).

Saat ini, setidaknya ada 20 persen dari total jumlah karyawan yang telah tercatat sebagai pekerja tanpa gaji. Namun, perusahaan menyatakan para karyawan ini melakukannya secara sukarela.

Perusahaan mengaku telah memangkas frekuensi penerbangan. Frekuensi terbang akan dipangkas hingga 90 persen pada Mei dan Juni nanti. Namun, diperkirakan permintaan terbang pun nihil dan kondisinya tidak akan membaik sampai 2021 mendatang.

Jumlah pemangkasan frekuensi terbang itu menjadi yang terbesar dalam catatan industri penerbangan AS. Sebab, maskapai lain setidaknya hanya memangkas jadwal sebanyak 70 persen sampai 80 persen dari jadwal awal.

Data perusahaan mencatat jumlah penumpang kurang dari 200 ribu pada dua pekan pertama April 2020. Jumlah tersebut turun sekitar 97 persen dibandingkan 6 juta penumpang pada periode yang sama tahun lalu.

"Permintaan perjalanan pada dasarnya nol dan tidak menunjukkan tanda-tanda membaik dalam waktu dekat. Kami berharap setidaknya bisa menerbangkan beberapa penumpang di awal Mei meski lebih sedikit," ungkap manajemen.

[Gambas:Video CNN]

(uli/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER