Shell Hengkang dari Blok Masela, Inpex Cari Mitra Baru

CNN Indonesia
Senin, 06 Jul 2020 09:29 WIB
Suasana Kapal Floating Production Unit (FPU) Jangkrik di Saipem Karimun Yard, Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau, Selasa (21/3). Kapal FPU Jangkrik merupakan fasilitas migas berbentuk kapal dirancang untuk pengolahan gas dengan kapasitas hingga 450 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) yang akan beroperasi di Blok Muara Bakau di cekungan Kutai, lepas pantai Selat Makassar, sekitar 70 km dari garis pantai Kalimantan Timur dan akan segera berproduksi pada pertengahan tahun 2017. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/foc/17.
Shell disebut angkat kaki dari Blok Masela karena tekanan arus kas akibat proyek-proyek di negara lain terhambat. Ilustrasi. (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa).
Jakarta, CNN Indonesia --

Shell Upstream Overseas Ltd memutuskan untuk angkat kaki dari Blok Masela karena tekanan arus kas akibat proyek-proyek di negara lain yang terhambat. Artinya, Inpex Corporation yang tadinya bermitra dengan Shell harus mencari rekanan baru untuk mengembangkan ladang gas di Maluku.

Hal tersebut dibenarkan Deputi Operasi SKK Migas Julius Winarto. "Belum mundur resmi, masih mencari calon mitra untuk pengalihan participating interest. Semoga lancar," ujarnya saat dihubungi CNNIndonesia.com Senin (6/7).

Diketahui, perusahaan asal Jepang Inpex Corporation bersama Shell sebelumnya menandatangani kontrak amendemen bagi hasil cost recovery termasuk waktu tambahan 7 tahun alokasi dan perpanjangan proyek kilang gas alam cair (liquefied natural gas/ LNG) Abadi dengan SKK Migas pada 11 Oktober 2019.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan mundurnya Shell, Inpex kembali membuka peluang perusahaan migas lain untuk bergabung mengelola Blok Masela.

Penandatanganan itu menandai pelaksanaan perjanjian formal tentang persyaratan kontrak kerja sama (production sharing contract/ PSC) yang sebelumnya disepakati dan diumumkan pada Juli 2019.

Salah satunya, PT Pertamina (Persero) yang pernah menyatakan  minatnya untuk turut berpartisipasi dalam proyek tersebut. "Kemungkinan Pertamina masuk ada. Terbuka peluang," ucap Julius.

Lebih lanjut, Julius juga mengatakan mundurnya Shell dari proyek tersebut memang akan berdampak terhadap progres proyek Abadi di Blok Masela. Namun, ia masih optimistis dapat mengejar keterlambatan proyek mengingat waktu pengerjaan yang masih 7 tahun-8 tahun.

"Potensi terlambat ada saja, tetapi kan waktu masih lama ya sekitar 7-8 tahun jadi masih akan ada upaya-upaya recovery. Semoga bisa tetap onstream pada 2027. Proyek harus jalan terus meskipun tertatih-tatih," tuturnya.

Kabar mundurnya Shell dari proyek lapangan gas abadi Masela sebelumnya memang sempat mencuat.

Shell dikabarkan tengah mencari investor untuk menjual 35 persen sahamnya di proyek Blok Masela dan berharap bisa mendapatkan dana US$1 miliar dari penjualan sahamnya pada proyek bernilai US$15 miliar itu. 

Rencananya, dana tersebut akan digunakan untuk membantu pembayaran untuk pembelian BG Group senilai US$54 miliar yang dilakukan pada 2015 lalu.

Selain Shell, porsi saham partisipasi dalam proyek tersebut dimiliki Inpex sebesar 55 persen dan sisanya digenggam badan usaha milik daerah (BUMD) sebesar 10 persen.

Meski demikian, VP External Relation Shell Indonesia Rhea Sianipar enggan berkomentar terkait rencana mundurnya Shell dari Masela. "Terkait ini belum ada komentar dari Kami. Terima kasih," tandasnya.

[Gambas:Video CNN]



(hrf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER