Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bisa mengandalkan investasi di tengah pandemi virus corona (covid-19). Sebab, laju pertumbuhannya pasti minus.
"Kita tidak bisa mengharapkan lagi yang namanya investasi, itu pasti minus pertumbuhannya," ungkap Jokowi saat rapat bersama dengan para gubernur di Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (15/7).
Begitu juga dengan kontribusi ekonomi dari aliran dana para perusahaan swasta. Pasalnya, mereka juga terpukul dengan tekanan ekonomi di tengah pandemi corona.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Begitu juga dengan aliran kredit dari bank. "Kredit perbankan yang dulu bisa tumbuh 12 persen, bisa tumbuh 13 persen, bisa tumbuh 8 persen, jangan berharap lagi dari sana. Sekali lagi, belanja pemerintah," ujarnya.
Menurut Jokowi, kontribusi pertumbuhan ekonomi saat ini hanya bisa diharapkan dari belanja pemerintah. Hal ini dilakukan melalui belanja dari semua pos, mulai dari belanja modal, barang dan jasa, hingga pegawai.
"Oleh sebab itu, jangan sampai ada nge-rem. Kuncinya hanya di situ," katanya.
Kendati begitu, ia menggarisbawahi kontribusi pertumbuhan tidak bisa hanya dari pemerintah pusat, melainkan harus dari pemerintah daerah (pemda) juga. Bila dilakukan, belanja keduanya akan mendorong konsumsi masyarakat.
"Kalau ekonomi di provinsi Bapak, Ibu semuanya ingin cepat pulih, belanjanya semuanya harus dipercepat. Itu akan menaikkan konsumsi domestik," tuturnya.
Lebih lanjut, Jokowi memperkirakan ekonomi Indonesia akan minus 4,3 persen pada kuartal II 2020. Proyeksi itu lebih buruk dari perkiraan yang pernah disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebesar minus 3,8 persen.
Proyeksi ekonomi kuartal II 2020 lebih buruk dari realisasi ekonomi kuartal I 2020 sebesar 2,97 persen. Dengan proyeksi itu, perekonomian berada di kisaran minus 1,1 persen sampai 0,4 persen pada semester I 2020.