Perekonomian China mulai bangkit usai babak belur dihantam pandemi virus corona. Pertumbuhan ekonomi secara mengejutkan mencapai 3,2 persen pada kuartal II 2020, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Dilansir dari AFP, Kamis (16/7), Biro Statistik Nasional China mencatatkan kinerja positif ekonomi tak lepas dari pelonggaran aktivitas ekonomi. Sebagai pengingat pada kuartal I lalu, ekonomi China terkontraksi 6,8 persen karena penutupan wilayah (lockdown) demi mencegah penyebaran wabah virus corona.
Realisasi laju ekonomi China sepanjang April-Juni lebih tinggi dari proyeksi sejumlah analis. Jajak pendapat AFP terhadap sejumlah analis memperkirakan ekonomi China hanya mampu melaju 1,3 persen pada kuartal II. Namun, realisasi itu masih tergolong rendah jika dibandingkan laju ekonomi sebelum pandemi yang rata-rata di kisaran 6 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan capaian kuartal II, ekonomi China terkontraksi 1,6 persen sepanjang semester I 2020.
Angka pengangguran tercatat menurun dari 5,9 persen pada Mei menjadi 5,7 persen pada Juni.
Kendati demikian, angka ketenagakerjaan perlu terus diamati mengingat 9 juta lulusan sarjana akan masuk ke pasar kerja tahun ini. Tak ayal, sejumlah analis menilai angka pengangguran lebih tinggi.
Dalam laporan bulan lalu, Ekonom Exford Economics Tommy Wu menyorot angka pengangguran yang diperoleh berdasarkan survei akan lebih rendah dari realitasnya di pasar kerja karena tidak mengikutsertakan pengangguran dari pekerja migran.
Sementara itu, produksi industri terus menanjak sepanjang Juni lalu, dengan laju 4,8 persen lebih tinggi dari Mei, 4,4 persen.
Di sisi lain, penjualan ritel masih lesu bulan lalu. Laju penjualan ritel hanya 1,8 persen atau sedikit di bawah ekspektasi.
Sejumlah pihak menilai China akan menjadi negara yang mencatatkan pertumbuhan pada 2020. Pasalnya, China merupakan negara pertama yang terkena pukulan pandemi dan akan menjadi yang pertama bangkit.