Harga emas turun pada akhir perdagangan Jumat atau Sabtu pagi waktu Indonesia.
Comex New York Mercantile Exchange mencatat harga emas terperosok US$41,4 atau 2 persen dari harga sebelumnya menjadi US$2.028 per troy ounce.
Harga emas berjangka sempat melonjak US$20,1 atau 0,98 persen menjadi US$2.069,4 sehari sebelumnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari Antara, anjloknya harga emas menghentikan reli pemecahan rekor beberapa hari terakhir. Pasalnya, pandemi virus corona yang kian memburuk membuat harga emas tetap di jalur kenaikan terpanjang dalam sekitar satu dekade.
"Dolar rebound cukup kuat setelah laporan pekerjaan. Itu jelas menyebabkan aksi jual di seluruh papan di sektor logam," kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures David Meger, Sabtu (8/8).
Dolar rebound dari posisi terendah dua tahun setelah data payrolls atau angka penggajian non-pertanian AS menunjukkan 1,763 juta orang dipekerjakan pada Juli.
Angka ini lebih baik dari perkiraan, meski lebih rendah dibandingkan rekor kenaikan 4,791 juta pada Juni. Serta karena ketegangan terbaru Amerika Serikat-China.
Tingkat pengangguran juga turun menjadi 10,2 persen pada Juli dari penyesuaian 12 persen pada Juni.
Harga emas tertekan lebih lanjut oleh kebuntuan dalam pembahasan rancangan undang-undang (RUU) bantuan baru virus corona atau stimulus ekonomi berikutnya di Kongres AS.
"Begitu mereka menyetujui stimulus, akan menjadi bearish bagi dolar. Ekonomi global masih sangat goyah dan sebagai akibatnya kami akan mendapatkan lebih banyak uang murah, jadi semua itu adalah penarik bagi emas," kata Analis ED&F Man Capital Markets, Edward Meir.
Meir memproyeksi harga emas masih bisa berakhir di kisaran US$2.200 hingga US$2.300.
Harga emas telah melonjak 34 persen tahun ini di tengah melonjaknya kasus covid-19, yang telah menghantam ekonomi global dan mendorong langkah-langkah stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya.