Pembayaran gaji ke-13 PNS, TNI, Polri diperkirakan cair pada pekan ini, setelah Presiden Jokowi menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2020.
Pencairan gaji ke-13 PNS diyakini bakal menguntungkan sektor ritel di dalam negeri karena mendorong daya beli masyarakat. "Tentunya, hal ini akan berdampak langsung pada saham ritel," terang Direktur Equity and Business Development Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya, Senin (10/8).
Karenanya, dia menyarankan investor memantau saham-saham sektor ritel selama pekan ini. Salah satu yang ia rekomendasikan saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada perdagangan pekan lalu, saham Ramayana ditutup di posisi 610. Saham ini diproyeksikan dapat menguji level resisten di posisi 690 jika dapat menembus level 620.
Mengutip RTI Infokom, RALS terpantau menguat sebesar 7,02 persen selama sebulan terakhir. Pun begitu, harga saham masih tergolong murah bila dibandingkan dengan capaian terbaik tahun lalu, yaitu di level 1.395.
Selain itu, perusahaan juga akan menyelenggarakan rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 14 Agustus mendatang. RUPS akan membahas soal besaran dividen yang akan dibagikan kepada investor.
Bernard menyebut jika jumlah dividen yang dibayarkan (dividend payout ratio) sama dengan tahun lalu, yaitu 57 persen dari laba bersih tahun sebelumnya, diproyeksikan dividen yang akan dibagikan sebesar Rp54,7 per saham.
Diketahui, pada 2019 perusahaan melaporkan laba per saham sebesar Rp96,12. "Ini sangat menarik karena jika investor membeli di harga sekarang Rp610, dividend yield (dividen per saham) yang diperoleh bisa mencapai 8,9 persen," imbuh dia.
Walaupun cukup menggiurkan, namun investor jangka menengah hingga panjang disarankan tetap mempelajari capaian perusahaan sepanjang 2020. Sebab, RALS memperkirakan penurunan pendapatan sepanjang tahun ini akibat pandemi virus corona.
Pada semester I 2020 saja, RALS melaporkan penurunan pendapatan sebesar 57,88 persen secara year on year (yoy) dari Rp3,49 triliun menjadi Rp1,47 triliun. Walhasil, labanya anjlok lebih dari 99 persen dari Rp589,83 miliar menjadi Rp5,46 miliar untuk periode sama.
Penjualan RALS bisa jadi belum akan membaik secara signifikan sepanjang tahun ini. Sehingga, investor dapat menyesuaikan pembelian sesuai dengan portofolio investasi masing-masing.
Lihat juga:Jeff Bezos Jual Saham Amazon Rp45 T |
Pada saat pasar tengah mengalami masa sideways cenderung melemah, ia juga merekomendasikan investor untuk menyimak saham-saham berkapitalisasi tinggi atau LQ45.
Dari deretan saham-saham berfundamental apik ini, Bernard memilih saham PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN). Alasannya, perolehan laba bersih kuartal II 2020 naik 6 persen dibandingkan periode sama pada 2019.
Bernard menilai pencapaian laba ditopang oleh efisiensi biaya produksi perusahaan yang bergerak di bidang media. Hal ini pula yang mengantarkan peningkatan net profit margin (margin laba) menjadi 35 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
"Sementara, saham lainnya di LQ45 rata-rata mengalami penurunan performa," jelasnya.
Dilihat dari indikator valuasi perbandingan harga dengan laba bersih perusahaan (Price Earning Ratio/PE Ratio), MNCN meraih PE di kisaran 6 kali. Sehingga, secara fundamental, saham diperkirakan mampu menembus target di level 1.200 dengan rasio PE 9 kali.
Tren hijau juga ditunjukkan dari analisis teknikal. Makanya, ia percaya saham MNCN dapat melesat kencang pada pekan ini bila dapat menembus resisten 920 dari posisi tutupnya pekan lalu di 890.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee menyatakan selain pencairan gaji ke-13, kucuran belanja pemerintah lainnya juga akan menjadi katalis positif indeks saham. Disarankan, investor untuk mengikuti perkembangan insentif selanjutnya Pemerintahan Presiden Jokowi.
Ia memproyeksikan sektor konstruksi akan menikmati pertumbuhan dari dana belanja pemerintah dalam rangka menggerakkan perekonomian dalam negeri. Namun begitu, Hans belum dapat menyebut saham konstruksi apa saja yang dipilihnya.
"Karena pemerintah pasti akan belanja untuk menggerakkan ekonomi. Kalau belanja, konstruksi adalah salah satu (pos) pembelanjaannya," ungkapnya.
Untuk pekan ini, dia menyarankan investor untuk menghindari beli saham sektor konsumsi. Duo saham Indofood, yakni INDF dan ICBP disebutnya akan mengalami koreksi setelah sempat menikmati kenaikan cukup signifikan pada perdagangan pekan lalu.
Untuk ICBP, investor disarankan menunggu (hold) dengan target beli di level 9.600 sampai 9.200. Sementara, INDF diproyeksikan merandang sampai posisi 6.850 dan disarankan beli kembali (buyback) saat saham menyentuh 6.500-6.300.
"GGRM (PT Gudang Garam Tbk) juga berpeluang melemah, area sell on strength (jual di harga puncak) di level 51.950 sampai 50.250. Area beli jika menembus level 53 ribu dan target pelemahan ke level 48.250 sampai 47.200," pungkasnya.