Penemuan Vaksin Covid-19 Angkat Rupiah ke Rp14.649

Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.649 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (25/8) sore. Posisi tersebut menguat 0,15 persen dibandingkan perdagangan Senin (24/8) sore di level Rp14.670 per dolar AS.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI) Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menempatkan rupiah di posisi Rp14.632 per dolar AS atau menguat dibandingkan posisi kemarin yakni Rp14.794 per dolar AS.

Sore ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Dolar Singapura menguat 0,09 persen, dolar Taiwan menguat 0,04 persen, won Korea Selatan menguat 0,34 persen, peso Filipina menguat 0,27 persen, yuan China menguat 0,09 persen, ringgit Malaysia menguat 0,11 persen, dan baht Thailand menguat 0,02 persen.

Hanya yen Jepang yang terlihat mengalami pelemahan sebesar 0,33 persen. Sementara rupee India terpantau masih stagnan.

Sementara itu, mayoritas mata uang di negara maju masih bergerak variatif. Poundsterling Inggris melemah 0,29 persen dan dolar Kanada melemah 0,03 persen. Sedangkan dolar Australia menguat 0,06 persen dan franc Swiss menguatnya 0,21 persen.

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pergerakan rupiah hari ini dipengaruhi sentimen positif pasar yang didorong oleh siaran pers Moderna Senin (24/8) bahwa perusahaan yang berbasis di Cambridge, MA sedang dalam pembicaraan lanjutan dengan Komisi Eropa untuk memasok 80 juta dosis mRNA-1273, kandidat vaksin Covid-19.

Sentimen lainnya dipengaruhi oleh, meredanya tensi perang dagang AS-China. Hal ini ditandai dengan rencana perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin berbicara dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He dalam 'panggilan terjadwal secara teratur'.

Ibrahim menuturkan, kedua belah pihak sepertinya mulai melihat kemajuan yang dibuat dalam menyelesaikan masalah dalam kesepakatan perdagangan fase satu antara kedua negara.

Sementara dari sisi internal pergerakan rupiah dipengaruhi proyeksi ekonomi nasional di mana akhirnya Menteri Keuangan Sri Mulyani sependapat dengan yang dikatakan banyak ekonom maupun para analis bahwa skenario terburuk pertumbuhan ekonomi Indonesia (PDB) akan berada di kisaran minus 2 persen hingga nol persen pada kuartal III 2020.

Proyeksi negatif muncul karena aktivitas ekonomi masyarakat dan dunia usaha yang mulai pulih sejak Juni 2020 rupanya belum cukup kuat untuk berlanjut di kuartal ketiga.

Apalagi pandemi virus corona yang terus meningkat di Indonesia khususnya di DKI Jakarta sehingga masa transisi terus diperpanjang dan tingkat konsumsi masyarakat masih cukup lemah walaupun pemerintah sudah memberikan bantuan berupa bansos dan bLT.

Meski pemerintah pusat menggelontorkan stimulus, mulai dari bantuan dana hibah untuk UKM hingga subsidi gaji bagi pegawai swasta dan honorer, kerja keras tersebut sulit untuk membantu pemulihan ekonomi pada kuartal III karena investasi stagnan.

"Namun walaupun nantinya Indonesia masuk dalam jurang resesi seyogyanya pemerintah sudah melakukan yang terbaik," tutur Ibrahim.

Dalam perdagangan besok, Ibrahim memprediksi mata uang garuda kemungkinan masih akan menguat walaupun dalam penguatan tipis antara 10-25 poin di rentang Rp14.610-14.680 per dolar AS.

[Gambas:Video CNN]