Penjualan Ritel China Mulai Menggeliat, Pertama Sejak Corona

CNN Indonesia
Selasa, 15 Sep 2020 12:03 WIB
Badan Statistik Nasional China mencatat penjualan ritel tumbuh 0,5 persen pada Agustus 2020.
Badan Statistik Nasional China mencatat penjualan ritel tumbuh 0,5 persen pada Agustus 2020. Ilustrasi. (Counselling/Pixabay).
Jakarta, CNN Indonesia --

Penjualan ritel China mulai tumbuh untuk pertama kalinya sejak dihantam pandemi virus corona. Biro Statistik Nasional China mencatat penjualan ritel negeri tirai bambu mampu tumbuh 0,5 persen secara tahunan pada Agustus lalu.

Dilansir dari AFP, Selasa (15/9), indikator utama sentimen konsumen itu membaik dari realisasi Juli yang turun 1,1 persen, setelah merosot berbulan-bulan dari laju Januari hingga Februari yang mencapai 20,5 persen. Selain itu, capaian Agustus juga lebih baik dari hasil jajak pendapat analis Bloomberg yang memperkirakan lajunya masih tertahan.

Warga China masih berhati-hati untuk berbelanja di tengah ketidakpastian global. Melihat hal itu, pemerintah China berupaya mendorong konsumsi masyarakat dengan menggelar festival berbelanja dan kampanye membagikan voucher.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah China juga mendorong eksportir untuk mengalihkan pasarnya ke dalam negeri mengingat permintaan negara mitra dagang masih lemah di tengah upaya melawan pandemi.

Sementara itu, pemulihan output industri masih berlanjut pada bulan lalu. Bahkan, lajunya lebih cepat dari penjualan ritel dengan tumbuh 5,6 persen secara tahunan.

Angka itu juga lebih baik dari prediksi ekonom dan lebih tinggi dari pertumbuhan Juli, 4,8 persen.

Selanjutnya, angka pengangguran di perkotaan juga turun tipis ke level 5,6 persen pada Agustus.

[Gambas:Video CNN]

Namun, analis telah mewanti-wanti angkanya pengangguran bisa lebih tinggi dari data resmi mengingat sektor usaha kecil paling terpukul oleh pandemi.

Juru Bicara Biro Statistik China Fu Linghui mengungkapkan perekonomian China mampu mempertahankan pemulihan yang berkelanjutan.

Kendati demikian, ia memperingatkan ketidakpastian global dan persoalan struktural di dalam negeri masih menjadi tekanan besar untuk menjaga kestabilan bisnis, ketenagakerjaan, dan mata pencaharian masyarakat.

(sfr/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER