Saham Ritel Sudah Jatuh, di PSBB Jilid II Bakal Terjun Bebas

CNN Indonesia
Jumat, 11 Sep 2020 20:07 WIB
Analis saham menilai PSBB jilid II akan menekan kinerja saham sektor ritel lebih parah lagi. Pada PSBB sebelumnya, saham ritel sudah jatuh 62 persen.
Ellen May Institute menilai PSBB jilid II akan menekan kinerja saham sektor ritel lebih parah lagi. Pada PSBB sebelumnya, saham ritel sudah jatuh hingga 62 persen. Ilustrasi. (CNN Indonesia/Adhi Wicaksono).
Jakarta, CNN Indonesia --

Rencana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberlakukan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diprediksi menambah tekanan pada saham-saham sektor ritel. Pasalnya, PSBB jilid I saja membuat ekonomi Indonesia minus 5,32 persen pada kuartal II 2020, sehingga hampir semua sektor terdampak, termasuk sektor ritel.

Pendiri Ellen May Institute Ellen May mengatakan PSBB total berpotensi berdampak negatif pada saham-saham sektor ritel. "Kebijakan PSBB total berpotensi membuat kinerja keuangan saham-saham ritel tersebut menjadi berat, terutama pada 2020," ujarnya dalam riset tertulis, dikutip Jumat (11/9).

Menurut dia, penutupan gerai pusat perbelanjaan berdampak terhadap operasional sektor ritel. Berdasarkan data dari Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), sejak awal pandemi corona sampai saat ini terdapat kurang lebih 10 ribu karyawan perusahaan ritel mengalami PHK, dan jumlahnya berpotensi bertambah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Atas kondisi itu, penjualan sejumlah perusahaan ritel turun pada semester I 2020. Sebut saja, PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) penjualannya tercatat turun 57,76 persen, sedangkan labanya minus 32,19 persen.

Kondisi tak jauh beda terjadi pada PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) yang penjualannya turun 62,13 persen, dan labanya berkurang 175,87 persen.

Ellen mengungkapkan penurunan penjualan dan laba dua perusahaan ritel dipicu oleh penutupan gerai-gerai yang mayoritas berada di dalam pusat perbelanjaan. "Dengan tutupnya mal, otomatis gerai mereka juga ikut tutup," imbuhnya.

PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) boleh dibilang sedikit lebih beruntung karena memiliki gerai-gerai di luar pusat perbelanjaan. Pada semester I, pendapatan perusahaan turun 7,83 persen, sedangkan labanya turun 26,21 persen.

"Selain itu diversifikasi produk ACES yang juga menjual APD, desinfektan, hand sanitizer yang dibutuhkan selama pandemi serta penjualan yang mulai tidak tergantung fisik membuat ACES menjadi lebih bisa bertahan," paparnya.

Sementara itu, PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) merupakan saham sektor ritel yang mengalami penurunan penjualan dan laba yang lebih sedikit. Pada semester I 2020, pendapatan perseroan turun 6,26 persen dan labanya berkurang 0,14 persen.

Ellen mengatakan kondisi berat tersebut diprediksi berlanjut pada semester II 2020 akibat PSBB jilid II. Ramayana Lestari Sentosa dan Matahari Department Store diperkirakan menjadi perusahaan yang terkena dampak paling besar.

"Ini dikarenakan RALS dan LPPF terancam menutup gerai dan juga kembali kehilangan momentum belanja pada akhir tahun nanti," ucapnya.

Sejak 2016, momentum lebaran menjadi pendongkrak penjualan dua perseroan tersebut. Mengingat, lebaran tahun ini masih dalam masa PSBB, momentum akhir tahun menjadi harapan untuk mendongkrak penjualan kedua saham tersebut.

Sementara, Ace Hardware ditopang oleh pergeseran penjualan dari offline menjadi online. Sedangkan, Erajaya diprediksi mengalami tekanan lebih besar lantaran daya beli masyarakat masih rendah.

[Gambas:Video CNN]



(ulf/bir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER