Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.845 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (15/9) sore. Posisi tersebut menguat 0,24 persen dibandingkan perdagangan Senin (14/9) sore di level Rp14.880 per dolar AS.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.870 per dolar AS atau menguat tipis dari Rp14.974 per dolar AS hari sebelumnya.
Sore ini ini, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau menguat terhadap dolar AS. Dolar Singapura menguat 0,24 persen, dolar Taiwan menguat 0,15 persen, won Korea Selatan menguat 0,41 persen, peso Peso Filipina menguat 0,21 persen, yuan China menguat 0,44 persen, ringgit Malaysia menguat 0,35 persen, dan bath Thailand menguat 0,28 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebaliknya, yen Jepang melemah 0,05 persen dan rupee India melemah 0,22 persen.
Di sisi lain, mata uang di negara maju terpantau bergerak variatif di hadapan dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,32 persen dan dolar Australia melemah 0,36 persen. Sementara dolar Kanada menguat 0,10 persen dan franc Swiss menguat 0,29 persen.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah akan ditutup menguat 35 poin di level Rp14.845 per dolar AS pada sore ini. Sementara dalam perdagangan Rabu esok, mata uang rupiah kemungkinan masih berfluktuatif meski berpeluang ditutup menguat 20-40 point di level Rp14.820-14.900 per dolar AS.
Menurut Ibrahim penguatan rupiah tak lepas dari meningkatnya minat investor terhadap aset-aset beresiko hari ini. Hal ini didorong kabar baik dari pengembangan vaksin Covid-19 seperti AstraZaneca hasil kerjasama dengan Universitas Oxford yang kembali dilanjutkan.
Lihat juga:BLT Pekerja Baru Cair Rp6,29 Triliun |
Di sisi lain pasar juga masih memantau perkembangan BREXIT, dimana pemerintah Inggris telah memenangkan pemungutan suara awal di Parlemen atas tagihan kontroversialnya yang melanggar kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa.
Pertimbangan lainnya adalah pertemuan bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserves pada Rabu (16/9) dan di Jepang dan Inggris pada Kamis (17/9) mendatang.
"Secara khusus, pertemuan The Federal Reserve minggu ini akan menjadi yang pertama sejak Gubernur The Fed Jerome Powell mengumumkan pergeseran ke arah toleransi yang lebih besar terhadap inflasi serta berjanji untuk mempertahankan suku bunga rendah dalam waktu yang lebih lama," ujar Ibrahim lewat keterangan tertulisnya.
Sementara dari dalam negeri penguatan rupiah didorong oleh rilis Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan neraca perdagangan Indonesia pada Juli kembali mencatatkan surplus yakni sebesar US$ 2,33 miliar.
"Ini adalah keempat kalinya secara berturut-turut neraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus. Surplus pada Juli sebelumnya menjadi yang tertinggi dibandingkan dua bulan sebelumnya," imbuh Ibrahim.
Kemudian penguatan juga terjadi lantaran pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta tak bersifat penuh seperti fase pertama.
"Padahal semula pasar begitu khawatir dengan implementasi PSBB di ibu kota sehingga pelaku pasar kembali lega dan bekerja seperti biasanya serta kekhawatiran gerak roda ekonomi akan seret kembali sirna," tandasnya.