Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja mengklaim 36 persen peserta Program Kartu Prakerja telah kembali bekerja dan menjalankan usahanya secara mandiri. Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari dalam bincang sore bersama media Selasa (15/9) sore.
"Ini menjadi salah satu yang menjadi konsen kami. Jadi ada di survei pertama dan survei evaluasi kedua kami tanyakan kembali dari data yang kami terima dari 409 ribu penerima Kartu Prakerja yang telah menjawab survei itu ada 36 persen yang menyatakan dulunya nganggur pada Februari 2020 namun sekarang telah bekerja berwirausaha," ucapnya
Di luar itu kata Denny pihaknya juga memastikan peserta yang telah menerima manfaat program Kartu Prakerja tak akan bisa lagi mengikuti program yang sama di tahun depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Ahok Ungkap Borok Direksi Pertamina |
Sehingga peserta yang merupakan angkatan kerja baru atau belum dapat mengikuti program pada 2020 ini dapat mendaftar tahun depan.
"Mereka yang menerima Kartu Pekerja tahun ini kan tidak kemudian mendapatkan benefit di tahun depan dan selalu ganti penerimanya. Jadi untuk teman-teman sekalian yang belum diterima tahun ini don't worry, tahun depan insyaallah Kartu Prakerja dilanjutkan," imbuhnya.
Ia juga mengklaim insentif yang diterima peserta sudah tepat jumlah yakni Rp600 ribu per peserta. Dana tersebut mayoritasnya digunakan untuk kebutuhan pokok seperti membeli bahan pangan.
"Dari 96 persen insentif dipakai beli bahan pangan, 75 persen penerima mengatakan untuk bayar listrik, 69 persen beli bensin atau solar, 60 persen membeli pulsa, 50 persen untuk biaya transportasi," terang Denni.
Tapi, khusus Di DKI, Denni mengatakan insentif banyak digunakan untuk bayar cicilan motor, utang dan cicilan usaha.
Sementara dilihat berdasarkan demografinya, rata-rata umur penerima pelatihan kartu Prakerja berusia di bawah 35 tahun yakni sekitar 77 persen. Kemudian untuk jenis kelamin, masih didominasi laki-laki dengan persentase lebih dari 60 persen.
"Untuk pendidikan mayoritas SMA ke atas. Tapi bukan berarti eksklusif yang berpendidikan, ada yg SD 5,7 persen, SMP 9,1 persen. Kartu Prakerja bisa saya katakan cukup inklusif," tandasnya.