Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng) Sugianto Sabran menyarankan sebaiknya proyek pembangunan food estate atau lumbung pangan hanya dilakukan di satu tempat. Hal ini agar pemerintah dapat mengontrol food estate lebih mudah.
"Mudah-mudahan Pak Menteri Pertahanan (Prabowo Subianto) dan Pak Presiden (Joko Widodo) setujui cukup di satu tempat, Kalimantan Tengah, hulu dan hilir supaya pengawasan dan kontrol lebih nyaman," ungkap Sugianto dalam konferensi pers usai rapat terbatas secara virtual, Rabu (23/9).
Menurutnya, pengawasan pemerintah terhadap operasional food estate bisa jadi tak fokus jika dibangun di banyak tempat. Di Kalimantan Tengah sendiri, Sugianto mengklaim buah-buah dan sayur-sayuran dapat tumbuh dengan baik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apel tumbuh, ada tempatnya karena daerah utara dingin perbatasan dengan Kalimantan Timur, bawang putih tumbuh, bawang merah tumbuh," terang dia.
Ia bilang semula pihaknya menyiapkan lahan untuk pembangunan food estate seluas 1 juta hektare (ha). Namun, persediaan lahan ditambah menjadi 1,4 juta ha setelah melakukan pertemuan dengan Prabowo.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan proyek food estate di Kalimantan Tengah akan dimulai pada Oktober 2020 mendatang. Menurutnya, proses penanaman tahap awal akan dilakukan di atas lahan seluas 30 ribu Ha.
"Untuk 2020 saja ada 30 ribu Ha yang harus segera disiapkan untuk penanamanannya," kata Syahrul.
Untuk proses penggarapannya sendiri baru akan dimulai bulan depan. Kegiatan itu akan memakan waktu selama 44 hari.
"Penggarapannya akan dilakukan bulan depan kurang lebih 44 hari pengelolaan, dilanjutkan penanaman ini khusus untuk padi dan singkong," ucapnya.
Syahrul menyatakan komoditas yang ditanam di lahan food nantinya bermacam-macam. Dengan demikian, proyek ini bisa menjadi percontohan korporasi pertanian.
"Tidak hanya padi, tapi ada sayur, buah, khususnya jeruk, di perkebunan khususnya kelapa," imbuh Syahrul.
Ia berharap food estate ini bisa melahirkan industri di sektor pertanian. Dengan demikian, petani bisa menjual beras yang berkualitas dan dipasarkan di market place hingga ekspor.
"Jadi Indonesia punya cadangan yang cukup," ujarnya.
Syahrul menambahkan proses penggarapan dan penanaman di food estate akan menggunakan teknologi modern. Salah satunya ada drone dan 1.200 traktor.
"Traktor jumlahnya 1.200-an. mekanisasi sistem penaburan benih, sistem penaburan pupuk, ada drone, dan petani tetap diberdayakan tapi teknologi dimainkan di sana untuk mempercepat," pungkas Syahrul.