Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengimbau peritel anggota mereka tidak memajang produk bertuliskan buatan (made in) atau Prancis. Imbauan ini diberikan menanggapi sejumlah isu sweeping produk Prancis di toko ritel oleh salah satu organisasi masyarakat (ormas).
Video aksi sweeping itu sempat sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu. Sekretaris Jenderal Aprindo Solihin menuturkan pihak asosiasi melihat situasi di lapangan sedang tak kondusif saat ini.
"Saya bicara dengan asosiasi, tadi kami menentukan sikap. Kami minta untuk sementara waktu peritel menarik display produk yang bertuliskan made in negara itu (Prancis)," ungkap Solihin kepada CNNIndonesia.com, dikutip Kamis (5/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat juga:Peritel Mulai Tarik Produk Made in Prancis |
Menurutnya, langkah ini diambil untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada toko ritel. Sebab, ia mengungkapkan salah satu pihak bahkan mengancam akan membakar toko jika tetap menjual produk Prancis.
"Kami minta untuk menarik barang dari negara itu (Prancis) sementara waktu karena melihat kondisi seperti ini. Ini antisipasi hal-hal yang tidak diinginkan," tuturnya.
Namun, imbauan itu tidak bersifat wajib. Ia mempersilahkan peritel yang masih ingin menjual produk Prancis.
Selain itu, imbauan penarikan itu hanya berlaku untuk produk yang diproduksi di Prancis. Sedangkan produk Prancis namun diproses di Indonesia, maka peritel tetap bisa memasarkan produk itu.
Sementara itu, Ketua Umum Aprindo Roy Mandey meminta aparat memberikan perlindungan dan tegas terhadap pihak yang melakukan provokasi anarkis melakukan aksi sweeping produk Prancis. Ia menilai aksi anarkis hanya akan menambah beban sektor perdagangan, terutama di saat permintaan tengah lesu tertekan pandemi covid-19.
"Justru makin membebani perekonomian khususnya sektor perdagangan yang saat ini sedang diupayakan pemerintah agar dapat terjadi peningkatan dan kestabilan konsumsi RT sebagai poin kontributor sebesar 57,6 persen dari PDB," katanya.
Ancaman sweeping dan boikot produk Prancis memang mengemuka belakangan ini. Itu dipicu oleh pernyataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina umat Islam.
Atas pernyataan itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan kecaman terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron karena menganggapnya telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia.
Jokowi menilai bahwa kebebasan berekspresi yang mencederai kehormatan, kesucian serta kesakralan nilai-nilai dan simbol agama, sama sekali tidak bisa dibenarkan dan harus dihentikan.
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengimbau umat Islam Indonesia melakukan boikot terhadap produk Prancis. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan memberikan tekanan kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron agar meminta maaf pada umat Islam di seluruh dunia.
"Mengimbau umat Islam sedunia untuk memboikot semua produk yang berasal dari negara Prancis," kata Dewan Pimpinan MUI Anwar Abbas dalam keterangan resmi.
(ulf/agt)