Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi memastikan gugatan Uni Eropa terhadap larangan ekspor nikel Indonesia ke WTO tak akan mengganggu perundingan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (Comprehensive Economics Partnership Agreement/CEPA).
Sebab, meski bersengketa, Indonesia dan Uni Eropa memiliki tujuan yang sama untuk dapat meningkatkan perdagangan masing-masing. Terlebih, IUE-CEPA telah dirundingkan cukup lama, yakni sejak 2016.
"Indonesia melihat IEU CEPA itu adalah negosiasi bagaimana kita menciptakan market access, sedangkan sengketa adalah bagian-bagian yang kita menganggap bahwa satu sama lainnya adalah tidak mengikuti aturan," ujarnya dalam konferensi pers Kementerian Pedagang, Jumat (15/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lagi pula, menurut Lutfi sengketa dagang adalah hal yang wajar dalam hubungan internasional. Sebagai negara yang menjunjung tinggi hukum, Indonesia menghargai sikap Uni Eropa dan akan membentuk tim terbaik untuk membantah semua tuduhan yang dibawa ke WTO.
Ke depan, Lutfi juga meyakini hal-hal serupa akan terus terjadi dan Indonesia perlu menyiapkan berbagai langkah untuk dapat menghadapinya.
"Indonesia akan semakin baik semakin canggih semakin bisa meladeni negara-negara tersebut negara-negara lain yang memang mungkin pada suatu saat akan ketinggalan pada proses produktivitasnya. Ujungnya adalah produktivitas dan efisiensi di mana kita bisa bukan saja bertanding tapi juga bersanding," tuturnya.
Di sisi lain, kemitraan ekonomi komprehensif yang sedang dinegosiasikan diyakini bakal membawa keuntungan besar bagi kedua pihak. Potensi nilai perdagangan dari perjanjian tersebut, berdasarkan perhitungan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia Vincent Piket, mencapai 4,5 miliar sampai 5 miliar euro per tahun pada 2030.
Jumlahnya yang setara Rp77,4 triliun hingga Rp86 triliun (kurs Rp17.200 per euro Eropa) itu tentu dapat memberi keuntungan bagi Indonesia. Sebab, bisa menopang pemulihan ekonomi dan laju pertumbuhan pada tahun-tahun mendatang.
Tak hanya dari sisi perdagangan, kerja sama IEU-CEPA juga dinilai menggairahkan aliran investasi dari benua biru ke tanah air. Saat ini saja, tercatat setidaknya 1.100 perusahaan Eropa yang berbasis di Indonesia dan mempekerjakan sekitar 1,1 juta pekerja Indonesia.
"Jadi saya mau memisahkan ini sebagai dua proses yang berbeda, kita boleh tidak cocok dan bersengketa di satu tempat, tetapi pada saat yang bersamaan kita punya komitmen bahwa kita ingin berdagang, ingin sama-sama menciptakan nilai tambah," tandas Lutfi.