Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengklaim tren kenaikan saham pelat merah yang terjadi sejak tahun lalu merupakan efek dari Erickmology atau disebabkan oleh kebijakan yang dibuat oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
Ia menyebut harga-harga emiten BUMN tidak serta-merta naik secara tiba-tiba, melainkan berkat transformasi BUMN. Salah satunya, melakukan aksi korporasi besar-besaran seperti membentuk holding perusahaan.
Campur tangan Erick itu, menurut Arya, diapresiasi oleh pasar dan tercermin dari melonjaknya harga saham-saham BUMN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini namanya Erickmology karena Pak Erick melakukan aksi korporasi. Namanya saham aksi korporasi harus sering dilakukan, kebetulan kami melakukan transformasi, ini bukan tiba-tiba nilai saham naik tapi transformasi BUMN dilakukan dan kelihatan di pasar," katanya pada siaran TV Satu, Creative Money, Selasa (19/1).
Dia lalu mencontohkan saham PT BRI Syariah Tbk (BRIS) yang terbang ratusan persen akibat sentimen merger tiga himbara syariah. Karena aksi korporasi itu, sejak 6 bulan terakhir BRIS sudah menikmati pertumbuhan hingga 903 persen, per penutupan Selasa (19/1).
Hal sama, lanjutnya, juga terjadi pada PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) yang akhir-akhir ini menjadi saham 'primadona' pelaku pasar. Kenaikan ini, menurut Arya, dikarenakan rencana pemerintah akan membentuk industri baterai mobil listrik bersama dengan Tesla, LG, dan beberapa perusahaan asing lainnya.
Antam, sebagai perusahaan pertambangan yang akan mengurusi bisnis hulu dari industri baterai ini disebut akan diuntungkan. Maka ia tak heran harga ANTM melesat tinggi. Mengutip RTI Infokom, selama 6 bulan terakhir nilai saham perseroan terdongkrak 352 persen hingga perdagangan Selasa (19/1).
Untuk sektor farmasi yang turut menikmati kenaikan signifikan, Arya menyebut kenaikan disebabkan oleh pembentukan holding BUMN yang dilakukan pada tahun lalu dan bukan karena saham 'digoreng'.
"Holding farmasi Kimia Farma, Indofarma, dan Bio Farma dijadikan satu holding. Jadi langkah Bio Farma berefek pada anak perusahaan. Aksi korporasi BUMN itulah yang membuat saham BUMN menjadi mentereng, bukan digoreng," tutupnya.