PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatat total laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp18,65 triliun pada 2020. Laba bank BUMN tersebut turun 45,65 persen year on year (yoy) dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp34,37 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan penurunan laba disebabkan pencadangan yang cukup besar agar perseroan tetap bisa menyalurkan kredit untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
"Jadi saya ulangi lagi, laba BRI Rp18,66 triliun memang turun dari tahun lalu, karena kita harus mencadangkan cukup besar terutama untuk meng-cover penyelamatan UMKM," imbuhnya dalam video conference Laporan Kinerja Keuangan BRI, Jumat (29/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, jika dilihat dari sisi pendapatan, tekanan terlihat dari hampir semua sisi. Pendapatan bunga 2020 tercatat hanya sebesar Rp116,93 triliun atau merosot 3,96 persen yoy dari Rp121,76 triliun pada 2019.
Pendapatan bunga bersih serta pendapatan premi (beban klaim) bersih turun dari Rp82,72 triliun pada 2019 menjadiRp80,09 triliun pada 2020.
Sementara itu, kas neto yang digunakan untuk kegiatan investasi tercatat Rp116 triliun.
Raihan tersebut naik drastis dari Rp5,19 triliun pada tahun sebelumnya. Kemudian, total kas dan setara kas pada akhir 2020 sebesar Rp167,25 triliun atau turun dari Rp236,91 triliun pada akhir 2019.
Selanjutnya ekuitas BRI (konsolidasi) tercatat sebesar Rp199,38 triliun atau turun dari Rp206,32 triliun pada 2019. Sedangkan, total liabilitas meningkat menjadi Rp1.311,89 triliun dari Rp1.207,97 triliun pada akhir 2019.
Kemudian, lanjut Sunarso, aset BRI meningkat cukup drastis, yakni Rp1.511,8 triliun atau meningkat dibandingkan Rp1.416,76 triliun pada 2019.
"Artinya aset tersebut mengalami pertumbuhan yang positif dan kemudian dijaga dengan sehat kualitasnya," ungkapnya.
Sunarso juga mengatakan perusahaan telah menyalurkan kredit senilai Rp938,37 triliun atau tumbuh 3,89 persen yoy. Tercatat kredit mikro BRI tumbuh double digit sebesar 14,18 persen, kredit kecil dan menengah tumbuh 3,88 persen, serta kredit konsumer tumbuh 2,26 persen.
Kinerja positif tersebut berdampak pada peningkatan porsi atau portofolio kredit UMKM BRI yang menyentuh angka 82,13 persen dari total seluruh kredit BRI.
Pertumbuhan kredit BRI Group, lanjutnya, juga mampu diiringi dengan perbaikan kualitas kredit yang sehat dan terjaga. Hal ini ditunjukkan dengan rasio NPL BRI Group yang tercatat 2,99 persen dengan NPL Coverage mencapai 237,73 persen.
Besarnya pencadangan ini merupakan bentuk strategi perseroan untuk menjaga kinerjanya agar terus tumbuh secara berkelanjutan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko yang baik.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI tercatat tumbuh sebesar 9,78 persen menjadi sebesar Rp1.121 triliun, dengan komposisi dana murah (CASA) mencapai 59,67 persen.